MAKALAH EKONOMI MONETER
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter
Dosen Pengampu: Dzikrulloh, S.E.I., M. SEI
OLEH KELOMPOK
3:
Ummul Bariroh
Ulfatun
Nazilah
Taslimah
Hoirul Anam
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH 5-A
FAKULTAS ILMU-ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik, makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh
dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Moneter yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama karena pertolongan Allah SWT.
Makalah ini memuat tentang “Permintaan dan Penawaran
Uang” yang mana peyusun yakin bahwa makalah ini masih memerlukan revisi
karena begitu banyak kekurangan yang ada dari berbagai sisi. Kami ucapkan
terima kasih dari berbagai pihak yang telah mendukung dalam rangka penyusunan
makalah ini, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan ilmu kita semua. Amin….
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengatar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI PERMINTAAN UANG
1.
Teori Klasik (sebelum Keynes)
2.
Teori Keynes
3.
Teori sesudah Keynes
B.
TEORI PERMINTAAN UANG DALAM ISLAM
1.
Permintaan Uang Madzhab Iqtishaduna
2.
Permintaan Uang Madzhab Mainstream
3.
Permintaan Uang Madzhab Alternatif
C.
TANTANGAN TEORI PERMINTAAN DAN
PENAWARAN UANG MENGHADAPI MEA 2015
D.
TOPIC/ISU TERKINI TENTANG
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
E.
ANALISIS TOPIC
DAFTAR PUSTAKA
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI
PERMINTAAN UANG
1. Teori Permintaan Uang Sebelum Keynes (Teori Permintaan Uang Klasik)
Teori
permintaan uang sebelum keynes serinng juga disebut sebagai teori permintaan
uang klasik. Teori permintaan uang ini dikatakan klasik karena landasan
pemikiran mengenai perekonnomian dalam teori tersebut menggunakan asumsi
klasik, yaitu perekonomian selalu berada dalam keadaan seimbang.Beberapa teori
permintaan uang sebelum keynes, seperti irving Fisher dan teori permintaan uang
menurut cambridge.
a.
Teori
uang menurut irving Fisher
MV=PT
Dalam hal ini M adalah jumlah uang yang beredar (penawaran uang), V
adalah tingkat kecepatan (velocity) perputaran uang ini menunjukkan beberapa
kali satu mata uang berpindah tangan dari satu orang kepada orang lain dalam
satu periode. P adalah harga barang/jasa. T adalah jumlah (volume) barang/jasa
menjadi objek transaksi. Persamaan diatas merupakan suatu persamaan identitas
(artinya pasti benar, karena sisi kiri dan sisi kanan tanda sama dengan selalu
sama besar), dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai
barang/jasa yang dibeli/ditukar (PT).
Kemudian dalam versi lain, volume barang yang diperdaggangkan (T)
diganti dengan Output Rii (O) sehingga persamaan tersebut berubah menjadi:
Dalam
teori kuantitas uang ini, irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang
pada hakikatnya adalah Flow Concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang
tidak dipengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya uang akan
dipengaruhi oleh kecepatan perputaran uang tersebut. Pada saat yang hampir
bersamaan Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge mengembangkan formulasi
yang hampir sama, namun pada hakikatnya berbeda.
b.
Teori
Permintaan Uang menurut Cambridge
Md=kY
Dalam hal iini
Md adalah jumlah uang tunai yang dipegang oleh masyarakat (permintaan uang). K
adadal konstanta yang menunjukkan presentase jumlah uang tunai yang dipegang
terhadap pendapatan dan Y adalah pendapatan.
Md/P=k.Y
Secara
matematis persamaan Cambridge diatas sama dengan persamaan Fisher sebab k=i/V,
akan tetapi secara teori kedua persamaan tersebut berbeda. Teori permintaan
uang menurut Fisher didasarkan pada pendekatan transaksi (transaction
approach), sedangkan persamaan Cambridge diatas didasarkan pada pendekatan
kebutuhan masyarakat memegai uang tunai (cash balance approach) yang
menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada penghasilan nasional secara
riil, maka permintaan akan uang tunai juga akan naik.
c.
Teori
permintaan menurut keynes
Sumbangan keynes dalam bidang ekonomi terdapat dalam karya bukunya
yag berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money, yang
diterbitkan pada tahun 1936. Buku ini merupakan tantangan bagi teori klasik.
Buku ini terkenal baik di Inggris maupun di Amerika Serikat. Didalam bukunya,
ia menyatakan, bahwa mekanisme pasar tidak dapat sepenuhnya menjamin adanya
full employment dalam perekonomian. Selanjutnya dia menyatakan adanya peran
atau ikut campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
2. Teori
Permintaan Uang Keynes
Dalam
bukunya the general theory of employment,
interest and money Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat
secara otomatis menjamin adanya full employmen dalam perkomomian perlu adanya
campur tangan pemerintah dalam hal ini.
Teori
Keuangan yang di kemukakan oleh Keynes pada umumnya menerangkan tiga hal utama,
yaitu:
1.
Tujuan
masyarakat untuk meminta (menggunakan uang)
2.
Factor
factor yang menentukan tingkat bunga, dan
3.
Efek
perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi Negara.
Terkait
dengan tujuan tujuan masyarakat untuk meminta (memegang uang ) maka dapat
diklasifikasikan atas 3 motif utama[1],
yaitu:
1.
Motif
transaksi (transaction motive) motif
ini timbul Karena uang di gunakan untuk melakukan pembayaran secara regular
terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan
transaksi di pengaruhi oleh besarnya tingkat penadapatan (MDt =f (y) ),artinya semakin besar tingkat pendapatan yang di hasilkan
maka jumlah uang di minta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian
sebaliknya.
2.
Motif
berja jaga (precautionary motive)
selain untuk membiayai transaksi uang diminta pula oleh masyarakat untuk
keperluan di masa yang akan datang (berjaga jaga). Sama halnya dengan
permiontaan uang untuk transaksi , maka besarnya permintaan uang untuk berjaga
jaga di tentukan oleh besarnya tingkat pendapatan, artinya semakin besar
tingkat pendapatan maka permintaan uang untuk berjaga jaga akan semakin besar
atau mempunyai hubungan positif dan fungsinya dapat dinyatakan sama. Yaitu
MDp=f (Y).
3.
Motif
Spekulasi (SPECULATION MOTIVE), pada
suatu system ekonomi modern dimana lembaga keuangan sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan
uangnnya bagi kegiatan spekulasi yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli
surat surat berharga , seperti obligasi pemerinttah , saham, dan instrument
lainnya . factor yang menentukan besarnya untuk menetukan motiv spekulasi ini adalah
besarnya suku bunga , deviden surat surat berhaga ataupun capital gain. Untuk menyederhanakan pembahasan ,maka fungsi
permintaan uang untuk tujuan spekulasi dapat dinyatakan sebagai berikut : MDs =
f (i).
Ketiga motif
permintaan uang tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar:
Grafik 1.Permintaan
uang spekulasi Grafik 2.
Permintaan uang untuk
transaksi
berjaga jaga
Berdasarkan
gambar(1) diatas terlihat bahwa permintaan uang untuk spekulasi mempunyai
bentuk hubungan negatif (antara suku bunga dan jumlah uang) , pada saat suku
bunga i0 maka jumlah uang yang di minta M0 saat suku
bunga mengalami kenaikan dari i0 i1 maka semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi maksudnya
semakin tinggi suku bunga, maka semakin
kecil semakin kecil keinginan masyarakat untuk menyimpan uang dan semakin besar
digunakan untuk spekulasi. Sedangkan pada gambar (2) pada saat pendapatan (y)
maka permintaan uang sebesar M0, jika pendapatan mengalami kenaikan dari Y0 ke Y1 ,maka
permintaan uang akan mengalami kenaikan dari M0 ke M1.
Kembali pada
pandangan keynes yang menyatakan suku bunga di tentukan oleh permintaan dan
penawaran uang.pembahasan terkait dengan permintaan uang telah dilakukan dengan suatu kesimpulan total permintaan
uang dalam perekonomian ditentukan oleh permintaan uang untuk transaksi (MDt),
berjaga jaga (MDp), dan spekulasi (MDs),yang dapat di tuliskan formulasinya
sebagai berikut.
MD=MDt + MDp + MDs
|
Pergerakan dan pergeseran kurva permintaan uang
Pergerakan (movement a long) yang di maksud dalam konsep ini
adalah pergerakan kurva permintaan uang yang masih di sepanjang kurva
permintaan itu sendiri. Hal ini terjadi karena di sebabkan oleh perubahan
tingkat suku bunga. Sedangkan yang di maksudkan dengan pergeseran kurva
permintaan uang adalah bergesernya kurva permintaan uang yang disebabkan oleh
perubahan selain tingkat suku bunga. Lebih lanjut dapat di jelaskan dengan
menggunakan analisis kurva dengan gambar 5.2. pada gambar 5.2 bagian (1)
merupakan kurva pergerakan , pergerakan dari titik A ke titik B di sebabkan
perubahan tingkat suku bunga i0 ke i1. Sedangkan gambar bagian (2) merupakan
pergeseran (shift) kurva permintaan uang, pergseran MD0 ke MD1 ataupun ke MD2 disebabkan
oleh perubahan selain tingkat suku bunga , misalnya tingkat pendapatan (Y) jika
tingkat pendapatan turun maka kurva MDv bergeser ke MD1, sebaliknya
jika tingkat pendapatan (Y) naik maka kurva MD0 bergeser ke MD2 dengan asumsi
tingkat suku bunga yang berlaku tetap sebesar i0.[2]
Pergeseran dan pergerakan kurva permintaan uang
3. Teori
Permintaan Uang Setelah Keynes
Terdapat
tiga permintaan uangsetelah masa keynes yaitu teori permintaan uang untuk
tujuan transaksi oleh baumol menurut baumol adanya lembaga keuangan yang
memerikan bunga menyebabkan orang yang memegang uang tunai mengalami kerugian
yang disebut opportunity cost dimana ia kehilangan kesempatan memperoleh bunga
dari pendapatannya.semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin tinggi pula
biaya yang harus ditanggung seseorangdalam memegang uang tunai.apabila ia
menyimpan semua pendapatannya dilembaga keuangan maka orang tersebut akan
meperoleh keuntungan dari bunga tetapi ia tidak dapat melakukan transaksi atau
melakukan konsumsi.oleh karena itu seseorang akan menentukan jumlah uan yang
akan dipakai untuk tujuan transaksi yang dapat mengoptimalkan penghasilan.seseorang
yang memperoleh pendapatan diawal periode dapat menentukan berapa kali ia akan
melakukan transaksi ke bank.jika pendapatannya sebesar Y dan ia menetapkan akan
pergi ke bank sebanyak dua kali,maka awal periode ia harus mmemasukkan uang ke
bank sebesar setengah Y.jika menetapkan
akanke bank sebanyak tiga kali,maka ia harus menyimpan diwal periode
sebanyak 2/3 Y, begitu seterusnya.dengan demikian dapat dirumuskan bahwa bila
seseorang akan menetapkan akan ke bank sebanyak n kali,makaia harus menyimpan
uangnya di bank pada awal periode
sebanyak(n-1)y/2n dan bila tingkat bunga sebesar i maka pendapatan (R)
dari bunga sebesar:
R=(n-1)iY/2n
=iY/2n2
|
Teori
permintaan uang untuk spekulasi oleh
tobin menurut tobin karena keynestidak menghitungkan seseorang yang memegang
uang dan kekayaannya dengan komposisi
berbeda-beda dan keynes tidak memperhitungkan unsur ketidak
pastian.dalam menganalisa teri permintaan uang dalam spekulasi tobin
menggunakan pendekatan perfotolio.seseorang memegang surat berharga pasti
mengharapkan pendapatan(e):
e=i+g
|
Dimana:
i=bunga
RT=Bxe=B(i+g)
|
Teori
permintaanuang menurut Friedman,menurut Friedman seseorang atau suatu
perusahaan memegang uang tunai lebih kepada alasan kepuasan(utulity)
sebagaimana barang tahan lama lainnya. Konsumen baukrumah tangga maupun
perusaahaan memperoleh kepuasan memegang uang tunai dalam hal kemudahan dalam
memegang alat pembayaran(uang) dibandingkan apabila memegang surat berharga
yang memiliki resiko. Produsen memegang unag tunai karena alasan kemudahan
dalam pembayaran tagihan pembelian input. Teori permintaan uang yang di
rumuskan oleh Friedman adalah sebagai berikut:
Md=k(r1,....,rj)y
|
dimana:
Md= permintaan
uang tunai
r = tingkat pengembalian(rate of return)
1,...j= jenis
kekayaan, termasuk tingkat bunga
Dengan
demikian menur Friedman jumlah uang yang diminta tergantung kepada tingkat pendapatan
nasional. Hanya saja perbedaan friedman dengan Fisher adalah friedman
menyatakan bahwa:
a.
Nilai
k bukanlah sesuatu yang konstan. Nilai k dapat berubah-ubah tergantung kepada
perubahan tingkat bunga dan faktor laain yang dapat di ramalkan.
b. Fiedman tidak menggapkan bahwa pendapatan selalu terjadi pada
tingkat full empployment. Dapat saja pendapatan terjadi dibawah tingkat full
employment.
B. TEORI PERMINTAAN UANG DALAM ISLAM
Berbicara
tentang bagaimana teori permintaan dalam perspektif ekonomi Islam, telah
dijelaskan dalam tiga madzhab ekonomi Islam[3]. Pada dasarnya,
permintaan uang menurut ketiga madzhab ekonomi Islam ini mempunyai kesamaan
dalam motif memegang uang. Dalam
Islam hanya mengenal dua motif dalam fungsi permintaan uang, yaitu motif
transaksi dan berjaga-jaga. Instrument moneter yang ada memang dihindarkan dari penggunaan variable
yang akan mengarahkan kepada spekulasi. Instrument pengganti suku bunga diarahkan
penggunaannya terhadap uang yang memiliki tujuan yang bersifat penting dan
mendesak serta investasi yang produktif dan efisien.
Walaupun
ada kesamaan motif memegang uang, penggunaan variable penjelas yang digunakan
diantara ketiga madzhab adalah berbeda. Madzhab
Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio
harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Madzhab Mainstream menggunakan dues on idle fund dan tingkat pendapatan sebagai variable independent dari fungsi
permintaan uang. Sedangkan madzhab alternative menjelaskan bahwa permintaan dan
penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan variable yang memengaruhinya
adalah Y, variable kebijakan pemerintah, X, variable sosio-ekonomi, Ø, knowledge-induced variable. Instrumen
yang digunakan sebagai financial
intermediaryadalahProfit-Sharing atau expected rate of perofit.
1. Permintaan Uang Madzhab Iqtishaduna
Md = Md trans + Md prec
Fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki seseorang
adalah permintaan uang untuk transaksi. Apabila pendapatan seseorang tinggi,
maka permintaan uang untuk fasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan
meningkat. Sedangkan besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang
tidak tunai, akan menentukan fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga.
Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib membolehkan pembayaran dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai
dalam perniagaan komoditi secara kredit. Pt sebagai besarnya harga yang akan
dibayar kredit adalah lebih besar dari harga tunai Po. Pt/Po adalah rasio harga
antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh.
Apabila harga bayar tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang kas
riil, karena orang akan lebih senang memegang barang yang akan meningkat
harganya pada masa mendatang daripada memegang dalam wujud kas. Pada masa
Rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan
berjaga-jaga. Md tr + Md pr, apabila Md pr ↓ maka Md tr ↑.
Meningkatnya permintaan uang untuk transaksi ini akan
meningkatkan velositas daripada uang V ↑. Selanjutnya dengan adanya kenaikan
dari velositas uang, ini akan mengakibatkan meningkatnya harga bayar tangguh Pt/Po.
Secara sederhana dapat kita jelaskan sebagai berikut mengapa Pt/Po naik ketika
velositas dari uang naik. Seorang penjual mangga setiap bulan mampu menjual
sebanyak 10 buah, sedangkan keuntungan setiap kali adalah 10 dirham, maka dalam
satu bulan keuntungan dari penjualan mangganya adalah 100 dirham. Apabila
penjual tersebut ingin menjual mangganya dan dibayar pada bulan depan maka dia
akan mengenakan biaya sebesar 10 kali dari keuntungan setiap kali penjualan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa harga bayar tangguh dari penjualan mangga ini
adalah 10 kali atau sesuai dengan besarnya volatilitas/banyaknya transaksi yang
biasanya terjadi.
Mdtrans = f (Y)
Mdprec = f (Y, Pt/Po)
Md = f (Y+, Pt/Po)
Dalam sebuah grafik dapat kita gambarkan bahwa
permintaan uang mempunyai kemiringan negatif berslope kekanan, garis vertical
mewakili nilai Pt/Po dan jumlah Md berada pada garis horizontal. Pergerakan
sepanjang kurva (titik a ketitik b) pada kurva Md1 dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
harga pada Pt/Po. Sedangkan pergeseran kurva dari Md1 ke Md2 diakibatkan karena
adanya perubahan-perubahan pada variable exogen, seperti peningkatan ekspor
atau impor, hari raya dan lain-lain.
0 Md
Grafik 3. Kurva Permintaan Uang dalam Madzhab
Iqtishaduna
2. Madzhab Mainstream
Seperti halnya pada madzhab pertama dimana permintaan
uang dalam Islam hanya dikategorikan dalam dua hal yaitu untuk transaksi dan
berjaga-jaga. Perbedaan madzhab ini dengan madzhab sebelumnya terlihat pada
bagaimana perilaku permintaan uang untuk motif berjaga-jaga dalam Islam dan
variable apa yang memengaruhi motif berjaga-jaga ini.
Landasan
filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah Islam mengarahkan
sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien. Pelarangan
hoarding money atau penimbunan
kekayaan merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan
pajak terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang
digunakan oleh madzhab ini. Dues of idle cash
atau pajak atas asset produktif yang menganggur bertjuan untuk mengalokasikan
setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.
Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak atas asset
produktif yang menganggur, maka permintaan terhadap aset ini akan berkurang.
Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai berikut: Ahmad memiliki kekayaan
berupa tanah, kemudian tanahnya hanya dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai
tambah bagi kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan kepada Ahmad agar tanah
tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong Ahmad untuk bersedia mengelola
kekayaannya pada kegiatan produktif. Sehingga Ahmad akan terkena risiko
pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan.
Md =
Mdtrans + Mdprec
Mdtrans = f (Y)
Mdpren&inv =f (Y,µ)
Tingkat Dues of
idle fund diwakili oleh nilai µ, semakin tinggi nilai µ, maka semakin kecil
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Karena pada tingkat µ yang tinggi,
biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap uang kas
tersebut menjadi naik. Dalam kondisi seperti ini seseorang akan berusaha
memperkecil pajak yang dia bayarkan kepada pemerintah dengan cara megurangi
kekayaan yang idle. Begitu juga
sebaliknya jika nilai µ rendah, maka memegang atau menyimpan uang kas relatif
tidak memiliki risiko yang tinggi. Tinggi rendahnya risiko menyimpan uang kas (Ω)
dipengaruhi oleh besarnya dues of idle
fund (µ) dikurangi dengan risiko investasi (ψ).
Md = f (Y+, µ-)
µ↑→ MDprec↓→MDTrans↑→ν↑→Y↑
Grafik 4.Kurva Permintaan Uang Madzhab Mainstream
Grafik tersebut menggambarkan bagaimana kurva
permintaan uang dengan tingkat µ, Y
dan Ms dalam berbagai tingkatan. Permintaan akan uang (untuk motivasi transaksi
dan berjaga-jaga) tampak bervariasi sebagai kebalikan dari tingkat biaya atas
uang menganggur (µ). Pada tingkat biaya µ1, keseimbangan akan tercapai pada
titik E1. Pada grafik diatas kita dapat menjelaskan bahwa pergeseran motif
precautionary akan direspon secara berlawanan oleh pergeseran motif untuk
transaksi Md = Mdtr + Mdpr. Bila Md adalah tetap maka kenaikan Md untuk
berjaga-jaga akan berdampak pada pengurangan Md untuk transaksi, sehingga kurva
Mdtr akan bergeser kekiri.
Jika
pada tingkat pendapatan sekarang Y* dan biaya-biaya yang berlaku terdapat
kecenderungan orang untuk menahan uang (katakanlah menjadi Ms2), maka
pemerintah akan meningkatkan pajak terhadap uang yang ditahan itu menjadi µ2
sehingga keseimbangan antara Md dan Ms tetap terjaga. Suatu hal yang penting
dalam pengelolaan uang disini adalah kebijakan pemerintah ketika terjadi
ketidak seimbangan antara permintaan uang dan penawaran uang yaitu dengan
memainkan peranan biaya atas uang yang menganggur dan bukannya menaikkan dan
menurunkan jumlah uang beredar.
3. Madzhab Alternatif
Permintaan uang dalam madzhab ketiga ini, sangat erat
kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam
Islam secara sederhana dapat kita artikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya
adalah representasi dari volume transaksi yang ada dalam sector riil. Teori
inilah yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan
uang disektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang disektor riil.
Islam
menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan
semata-mata pada perubahan waktu. Nilai
tambah uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama
uang tersebut dipergunakan. Sehingga tidak selalu nilai uang harus bertambah
walau waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya akan tergantung dari
hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya
hanyalah representasi dari perubahan dan pertambahan disektor riil. Konsep
inilah yang kemudian menjadikan landasan system moneter Islam selalu berpijak
pada sector mikroekonomi.
Permintaan uang menurut M.A Coudhury adalah
representasi dari keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sector riil. Semakin
tinggi kapasitas dan volume sektor riil meningkat, maka permintaan uang pun
akan meningkat. Variable-variabel yang mempengaruhi permintaan uang meliputi
variable-variabel sosio-ekonomi (X), kebijakan pemerintah dalam regulasi
ekonomi (Y), dan informasi objektif masyarakat akan kondisi riil perekonomian.
Tidak seperti halnya teori exogenous, uang dalam literature konvensional
dianggap bahwa permintaan uang dan penawaran uang dipengaruhi oleh suku bunga.
Permintaan uang dan penawaran uang dalam madzhab ini dipengaruhi oleh besarnya profit sharing atau expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected rate of profit ini merupakan representasi dari prospek
pertumbuhan actual ekonomi.
Expected rate of profit merupakan harapan keuntungan yang bisa
didapatkan dari menginvestasikan uang kas yang disimpan. Apabila expected rate of profit yang akan
didapatkan dari kegiatan investasi disektor riil meningkat, maka penawaran
investasi juga akan meningkat. Tingginya penawaran investasi akan menyebabkan
penurunan jumlah uang kas riil yang dipegang masyarakat. Artinya peningkatan expected rate of profit menjadikan orang
berkeyakinan bahwa pemegangan uang kas yang berlebih mengandung kerugian akan
hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Akibatnya, seseorang
akan menyesuaikan berapa besar permintaan uang kas riil yang dipegang terhadap besarnya
expected rate of profit.
N
Ms(π,y,p,S,R,X,Y) [θ] = ∑ Mdb (rb, y, p, S,
R, X, Y) [θ]
b = 1
N N
m N
Ms = ∑ Mdb = ∑ Msb = ∑
∑ Mdbj = Md
b = 1 b = 1
j = 1 b = 1
b = 1, 2, 3,……, N
Md = f (rb+, y+, p-, S+, X+, Y+) [θ]
Permintaan uang sebagai manifestasi dari actual
kapasitas transaksi sector riil adalah penjumlahan dari total permintaan uang
oleh individu atau lembaga keuangan: π mewakili tingkat keuntungan, y adalah
pendapatan riil, p adalah tingkat harga-harga atau inflasi, rb menunjukkan
ratio profit-sharing antara shohibul mal
dan mudharib dalam bank (b) atau
lembaga keuangan (b). S adalah total keuangan pengeluaran nasional. R = reserve
requirement yang dikeluarkan oleh bank sentral kepada bank-bank umum. Dari
formula diatas, kita juga dapat melihat bagaimana hubungan natar
variable-variabel yang ada terhadap permintaan uang atau penawaran uang.Variable
bebas y, pendapatan riil yang dimiliki oleh seorang individu akan berhubungan
secara positif dengan banyaknya permintaan uang. Sedangkan variable independent
p, dimana p adalah harga-harga atau inflasi mempunyai hubungan yang berbanding
terbalik dengan banyaknya permintaan uang. Semakin tinggi harga barang secara
umum/inflasi, maka orang akan cenderung memilih untuk menyimpan uangnya dalam
bentuk barang. Sehingga, ketika inflasi meningkat, maka permintaan uang akan
turun. Bersamaan dengan itu, permintaan akan kepemilikan barang akan meningkat.
S, sebagai variable pengeluaran nasional berhubungan secara positif dengan
permintaan uang. Sedangkan X, dan Y, masing-masing adalah variable untuk
sosio-ekonomidan kebijakan pemerintah. Θ, sebagai induced-knowledge adalah pengetahuan masyarakat akan kondisi
objektif dari tiap-tiap variable. Kualitas pengetahuan ini akan berpengaruh terhadap
besaran permintaan uang yang diinginkan oleh seorang pelaku ekonomi.
C. TANTANGAN
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG MENGHADAPI MEA 2015
Tantangan
yang akan dihadapi oleh teori permintaan dan penawaran uang dalam menghadapi
MEA 2015 khususnya dalam perspektif Islam adalah harus mampu menyelesaikan
masalah yang akan dihadapi oleh permintaan dan penawaran uang kedepannya.
1. Peluang
a. Manfaat Integrasi Ekonomi
Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 Negara ASEAN
membentuk ASEANEconomic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan
pada keyakinanatas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomiIndonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam
mewujudan AEC 2015melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar,
dorongan peningkatanefisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang
penyerapan tenaga kerja dikawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan
seluruh negara di kawasan.
b. Pasar Potensial Dunia
Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN
sebagai kawasan pasarterbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. Pada tahun
2008, jumlah pendudukASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic
Community Chartbook,2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat dan usiamayoritas berada pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi
individu NegaraASEAN juga meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang
cukup terjagadengan inflasi sekitar 3,5%. Jumlah penduduk Indonesia yang
terbesar di kawasan(40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi
yang sangat bagi Indonesia menjadi negaraekonomi yang produktif dan dinamis
yang dapat memimpin pasar ASEAN dimasa depan.
c. Negara Pengekspor
Negara-negara
di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor baik pengekspor produk
berbasis sumber daya alam (seperti agro-based product) maupun
berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional,
sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada transaksi berjalan. Prosepek perekonomianyang
cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi(penanaman
modal).Pada umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia
meskipuncenderung menurun dan beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan
ASEANmenunjukkan bahwa share perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun,
dari80,8% pada tahun 1993 turun menjadi 73,2% pada tahun 1993 menjadi 26,8%
padatahun 2008. Hal yang sama juga terjadi dengan Indonesia dalam 5 tahun
terakhir,namun perubahannya tidak signfikan. Nilai ekspor Indonesia ke
intra-ASEAN hanya18-19% sedangan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total
ekspornya, hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harusditingkatkan
agar laju peningkatkan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan
laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.
Indonesia sudah mencatat 10 komoditi unggulan
ekspornya baik ke dunia maupun keintra-ASEAN selama 5 tahun terakhir ini (2004-2008)
dan 10 komoditi eksporyang potensial untuk semakin ditingkatan. Komoditi unggulan ekspor ke dunia adalahminyak
kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik produk hasil hutan,
karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi sedangkan
omoditi ekspor keintra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak
kelapa sawit, refinedcopper, batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping
itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan
nilai ekspor kedunia adalah peralatan kantor, rempah-rempah, perhiasan,
kerajinan, ikan dan produk perikanan,minyak atsiri, makanan olahan, tanaman
obat, perlatan medis, sert kulit & produkkulit. Tentu saja, Indonesia harus
cermat mengidentifikasi tujuan pasar sesuai dengansegmen pasar dan spesifikasi
dan kualitas produk yang dihasilkan.
d. Negara Tujuan Investor
1) Kesamaan Produk
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan
keunggulan komparatif kawasanASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan,
produk aret, produk berbasis kayu,dan eletronik. Kesamaan jenis produk ekspor
unggulan ini merupakan salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25% dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-negara ASEAN lainnya.
2)
Daya Saing
Sektor Prioritas Integrasi
Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia
adalah peningkatan keunggulankomparatif di setor prioritas integrasi. Saat ini
Indonesia memiliki keunggulan disektor/komoditi seperti produk berbasis kayu,
pertanian, minyak sawit,
perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batubara, nikel), mesin-mesin produk kimia,
karet dan kertas masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.
3) Daya Saing SDM
Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus
ditingkatkan baik secaraformal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan
harus minimal memenuhiketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun
2008-2009, mode 3
pendirian perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (Movement of Natural Persons) intra ASEAN akan
diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenagaerjanya
sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untukmencegah
banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudahkarena
memerlukan adanya ceta baru sistem pendidikan secara menyeluruh, dansertifikasi
berbagai proses terkait.
4) Kepentingan Nasional
Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi,
kepentingan nasional merupakanyang utama yang harus diamanan oleh Negara
Anggota ASEAN. Kepentingankawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan
nasional, merupakan prioritaskedua. Hal ini berdampak pada sulitnya mencapai
dan melaksanaan komitmenliberalisasi AECBlueprint.Dapat dikatakan,
kelemahan visi dan mandat secara politik serta masalah kepemimpinan di kawasan
akan menghambat integrasi kawasan. Selama ini ASEAN selalu menggunakan pendekatan Voluntary approach
dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di
ASEAN sehingga group pressure diantara sesame Negara Aggota lemah. Tentu
saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan integrasi ekonomi kawasan akan
dicapai dalam waktu yang lebih lama.
2. Strategi Umum Menuju MEA 2015
Indonesia harus segera menyusun langkah strategis yang
dapat diimplementasikan secaratarget specific agar peluang pasar yang terbuka
dapat dimanfaatkan secara optimal.Langkah strategis tersebut disusun secara
terpadu diantara sektor mulai dari hulu hingga kehilir dibawah koordinasi suatu
Badan Khusus atau Kementrian Koordinator BidangPerekonomian.Langkah-langkah strategis
setiap sektor kemudian dijabarkan kedalam tindakan-tindakanyang mengarah pada
upaya perbaikan dan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik disetiap
sektor dan linie dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mendorong
kinerjaekspor harus dilakukan secara terkoordinasi dengan seluruh sektor
Pembina dan pelakuusaha.
Koordinasi antar sektor dan instansi terkait, terutama
dalam menyusun kesamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi (reformasi) kebijakan ditingkat pusat dan daerah harus
dilakukan.Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan antara
lain adalah melakukan:
a. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik
secara kolektif maupun individual(reformasi regulasi)
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam
birokrasi maupun dunia usahaataupun profesional
c. Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil, dan
usaha pada umumnya
d. Penguatan kemitraan antara public dan sektor wisata
e. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi
ekonomi biaya tinggi (jugamerupapkan tujuan utama pemerintah dalam program
reformasi komprehensif di berbagai boding seperti perpajakan, kepabeanan,
dan birokrasi)
f. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak
luas dan komoditi unggulan
g. Peningatan partisipasi instituisi pemerintah maupun
swasta untuk mengimplementasikan AEC
h. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah
diakses oleh pelaku usaha dari berbaga skala-Perbaikan infrastruktur fisik
melalui pembangunan atau perbaikan infrastrukturseperti transportasi, telekomunikasi,
jalan tol, pelabuhan, revitalisasi danrestrukturisasi industri dan lain-lain.
Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang
menunjukkan bahwa ASEANtunggal optimum (optimum currency area/ OCA)
Mundell (1961) yang meliputi kecukupan prakondisi politik dan
standar kriteria ekonomi tertentu. Namun layak tidaknya sebuah sistemnilai tukar yang akan dipakai
tergantung dari kesiapan perekonomian kawasan tersebut untukmemenuhisyarat-syarat
yang tertera pada kriteria utama OCA. Karena itu perlu
beberapaanalisis yang memberikan gambaran tentang kelayakan kawasan ASEAN
untukditerapkannya sistem OCA). Dari teori kawasan mata uang tunggal optimum
tersebutmemiliki keuntungan dan kelebihanya antara lain:
a. Hilangnya ketakuatan investor asing terhadap perubahan
kurs.
b. Arus distribusi perdagangan yang cepat.
c. Sistem nilai tukar yang lebih stabil. Nilai tukar akan
lebih stabil dikarenakan negara-negara secarabersama-sama dalam mengatur
kebijakan moneternya, sehinggaketahanannstabilitas moneter terutama nilai
tukarnya lebih baik.
d. Pemerataan pertumbuhan ekonomi.Kerugian diterapkanya
Optimum Currency Area
e. Hilangnya kebebasan moneter (Bank Sentral)Bank sentral
di masing-masing negara tidak dapat menjalankan kebijakanmoneternya hal ini
dikarenakan dalam OCA kebijaksanaan moneter diambil secara bersama-sama
dan dibawahi oleh suatu lembaga yang dipilih.
Hilangnya mata uang nasional suatu bangsa.Dengan
penggunaan mata uang tunggal maka negara-negara yang menerapkannyaharus
bersedia memakai mata uang tunggal sebagai alat tukar yang sah danmelepaskan
kemungkinan penyesuaian nilai tukar nominal sebagai respon terhadapgejolak
perekonomian makro.Ketika kita berbicara tentang integrasi ekonomi, diperlukan
kepastian nilai tukar yangmenjadi sangat penting di era global saat ini.
Sehingga kebutuhan integrasi ekonomi bukanhanya berupa integrasi perdagangan
tetapi juga berkaitan erat dengan integrasi keuangan.Ada dua syarat mutlak yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotauntuk merealisasikanmata uang tunggal
ASEAN yaitu harus memiliki sistem ekonomi yang sejenis dan jugatingkat
perkembangan yang tidak boleh terlalu jauh. Selain komitmen, transparansi
daninformasi terkait perkembangan perekonomian masing-masing negara. Komitmen
dantransparansi inilah yang menjadi beberapa penyebab keruntuhan perekonomian
negara-negara di kawasan Eropa. Pada tahun 1998, kesepakatan syarat bergabung
bukan berdasarkan pada aspek ekonomi melainkan pada aspek politik sehingga terjadi kelonggaran pemenuhan persyaratan.
Selain menimbang kesiapan secara internal, tentu ASEAN
harus belajar banyak dengan UniEropa yang mana Uni Eropa dijadikan sebagai
model percontohan penerapan mata uangtunggal untuk kawasan lain. Dimana
otoritas kebijakan moneter Uni Eropa dikelola olehBank Sentral Eropa (Europian
Central Bank / ECB) dengan demikian tugas pengelolaankebijakan moneter setiap
negara hilang. Bank sentral di setiap negara hanya berfungsilayaknya kantor
cabang. Hilangnya kendali negara atas kebijakan moneter bisa dikatakansebagai
ongkos yang harus dibayar untuk penetapan sistem mata uang tunggal yang
berimplikasi pada berkurangnya instrumen untuk melakukan intervensi dalam pengelolaanekonomi
domestik negaranya.Bahkan penerapan kebijakan moneter tersebut secara kolektif bisa
menimbulkan hambatan pengelolaan kebijakan fiskal tiap negara anggota.
Yang manakebijakan fiskal negara-negara anggota
Uni Eropa tidak diakomodasi oleh Uni Eropa.Sehingga dalam pengambilan suatu
kebijakan fiskal suatu negara harus memperhatikan tidakmengganggu kestabilan
moneter regional.Jika nantinya ASEAN sudah mampu merealisasikan intergrasi
perdagangan
dan perekonomian bukan tidak mungkin penggunaan mata uang tunggal yang mana hal itumerupakan
bentuk kerjasama integrasi regional yang paling tinggi. Utuk
dapatmerealisasikanya perlu usaha untuk memperkecil kesenjangan pembangunan,
pembangunaninfrastruktur regional. Penyatuan mata uang merupakan sesuatu yang
baik, namum perwujudannya harus melalui tahap-tahapan yang memungkinkan hal itudiwujudkan.Meskipun
memiliki berbagai keuntungan, namun perwujudan pembentukan matauang tunggal
ASEAN masih memiliki berbagai kendala, diantaranya masih amat beragamnya
kondisi perekonomian negara-negara ASEAN.
Upaya untuk perwujudan penyatuan mata uang ini harus didahului
oleh maksimalisasi peran dari pembentukanMasyarakat
Ekonomi Asean. Selain itu untuk dapat mewujudkannya, harus terdapat kesatuan-kesatuan
tekad antara negara-negara anggota ASEAN sehingga infrastruktur
untukterbentuknya mata uang tunggal ASEAN dapat terwujud.
D. TOPIC/ISU
TERKINI TENTANG PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
Isu terkini tentang melemahnya nilai tukar rupiah sejak
Juni-Agustus
2013[4]
Akhir-akhir ini Negara Indonesia kita ini
dilanda oleh berbagai macam masalah. Mulai dari tingginya tingkat kasus
korupsi, hingga melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Melemahnya nilai
Rupiah ini adalah permasalahan perekonomian Negara yang kini sedang kita hadapi
di Indonesia. Namun, apakah yang menyebabkan nilai Rupiah menurun? Nilai tukar
Rupiah melemah karena tingginya penawaran dibandingkan permintaan atas uang
Rupiah. Nilai tukar mata uang sangat dipengaruhi atas permintaan dan penawaran
atas mata uang tersebut. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat,
sedangkan penawaran atasnya tetap atau berkurang, maka nilai tukar mata uang
tersebut tentunya akan naik, begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi, apakah yang membuat penawaran atas
Rupiah begitu tinggi, sementara nilai permintaannya rendah? Hal ini disebabkan
oleh dua faktor. Pertama, keluarnya sebagian besar investasi asing dari
Indonesia. Hal ini dikarenakan investor menukarkan mata uang rupiah dengan mata
uang Negara lain untuk di investasikan ke Negara tersebut. Dengan hilangnya
sebagian investor asing dari Indonesia menyebabkan berkurangnya permintaan atas
mata uang rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini
dapat dilihat dari indeks Harga Saham Gabungan atau disebut juga HSG yang
cenderung menurun seiring dengan menurunnya nilai Rupiah. Kedua, ialah neraca
perdangangan Indonesia yang defisit, yakni nilai Ekspor Indonesia yang lebih
kecil dari nilai Impornya. Dinamika Ekspor dan Impor memang sangat berdampak
kepada nilai mata uang. Hal ini karena saat kita melakukan kegiatan Ekspor,
maka permintaan atas mata uang Rupiah akan meningkat, karena Negara tujuan
secara tidak langsung menukarkan mata uangnya dengan mata uang Negara
Eksportir. Sebaliknya, kegiatan Impor akan menurunkan permintaan atas mata uang
Rupiah dan menaikkan penawarannya sehingga nilai tukar Rupiah pun menurun.
Salah satu dampak dari melemahnya nilai rupiah
adalah berubahnya harga komoditi Impor, baik obyek konsumsi maupun alat
produksi. Harga komoditi Impor biasanya dipatok dengan mata uang Negara asal,
maka apabila nilai mata uang Negara tujuan Impor jatuh, maka harga komoditi
Impor pun akan meningkat. Sebagai contoh, misal di nilai tukar Rupiah di
Indonesia turun sekitar 14% dari nilai US Dollar (9000), maka nilai US Dollar
pun meningkat menjadi sekitar 10.250 Rupiah, dan harga komoditi Impor pun
meningkat sebesar 14%. Kemudian, harga barang-barang Impor di mall, toko,
maupun makanan di restoran dan kafe pun meningkat drastis dan semakin
memperpuruk perekonomian Indonesia.
E. ANALISIS
Dengan adanya masalah menurunnya nilai tukar
Rupiah di atas dengan penyebab dan dampaknya, tentunya kita telah
mengetahui dengan jelas bahwa nilai Rupiah mungkin akan lebih jatuh lagi
apabila tidak ada tindakan penyelesaian yang efektif dan efisien. Salah satu
solusi yang dapat kita peroleh adalah dengan memancing investor-investor asing
untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi
Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan
di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang
menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali
dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan
tawaran yang menarik dan meyakinkan.
Selain itu, penyebab utama menurunnya nilai
ekspor dan naiknya nilai impor ini adalah masalah paling besar di Negara ini.
Kurangnya pengelolaan sumberdaya, kurangnya variasi produk asli Indonesia,
hingga kebutuhan warga Negara Indonesia yang terpancing dengan Negara-negara
besar, seperti Amerika Serikat, Bangsa Eropa, bahkan bangsa Asia lainnya
seperti Jepang, Korea, dan China yang mendominasi gaya hidup dan fashion, namun
meninggalkan produk buatan Negaranya sendiri ini sangat perlu diperhatikan
pemerintah. Warga Indonesia kini senantiasa mengkosumsi produk-produk impor
yang terkesan mewah dibandingkan produk karya anak bangsa yang kualitasnya tak
jauh beda. Pakaian, Aksesoris, Kendaraan, Makanan dan Minuman, semuanya telah
didominasi dengan produk-produk asing. Sebagai contoh, warga Indonesia
cenderung mengkosumsi makanan-makanan fast food khas Negara Barat seperti Mc
Donalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan lain sebagainya dibandingkan makanan
khas Indonesia seperti Pecel, Soto, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan
pakaian, pakaian bermerk dari luar tentunya lebih disukai dibandingkan merk
lokal yang kualitasnya tidak jauh beda dari merk-merk luar tersebut.
Pemerintah seharusnya memperhatikan produksi
khas Indonesia dan mengurangi impor barang. Lebih baik lagi apabila produk khas
Indonesia lebih ditonjolkan dan ditawarkan di Negara sendiri dan Negara lain.
Pemerintah juga harus memperhatikan peralatan industri di Indonesia yang
kualitas teknologinya tertinggal serta meningkatkan pendidikan pekerja Industri
di Indonesia untuk meningkatkan pasokan ekspor dan mengurangi impor. Tetapi,
langkah ini juga harus didukung oleh warga Indonesia untuk mengurangi kosumsi
produk-produk luar negeri dan lebih mencintai produk dalam negeri.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Teori permintaan uang dan penawaran uang dalam
konvensional terbagi menjadi 3, yaitu teori permintaan uang dan penawaran uang
sebelum Keynes, teori permintaan uang
dan penawaran uang Keynes, dan teori permintaan uang dan penawaran uang setelah
Keynes.
Teori permintaan dalam perspektif ekonomi Islam, telah
dijelaskan dalam tiga madzhab ekonomi Islam.Pada dasarnya, permintaan uang
menurut ketiga madzhab ekonomi Islam ini mempunyai kesamaan dalam motif
memegang uang, yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Instrument moneter yang
ada memang dihindarkan dari penggunaan variable yang akan mengarahkan kepada
spekulasi. Namun, penggunaan variable penjelas yang digunakan diantara ketiga
madzhab adalah berbeda.madzhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang
adalah fungsi dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po).
Madzhab Mainstream menggunakan dues on
idle fund dan tingkat pendapatan sebagai variable independent dari fungsi permintaan uang.Sedangkan madzhab
alternative menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah satu fungsi
yaitu M, dan variable yang memengaruhinya adalah Y, variable kebijakan
pemerintah, X, variable sosio-ekonomi, Ø, knowledge-induced
variable. Instrumen yang digunakan sebagai financial
intermediary adalahProfit-Sharing atau expected rate of perofit.
ASEAN
sebagai organisasi regional negara-negara Asia Tenggara di era globalisasi
inimampu bertransformasi menjadi wadah negara anggotanya untuk mempercepat
pertumbuhan perekonomian dan untuk dapat bersaing secara global. Kebutuhan integrasi semakin besar,terlihat
dari betapa antusiasnya negara anggota ASEAN untuk menciptakan suatu
regionalyang mampu mengakomodasi kegiatan perdagangan dan perekonomian antar negara.
Initerlihat dari percepatan realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dulunya
dicanangkantahun 2020 menjadi 2015. Seluruh negara anggota tentu harus
mempersiapkan diri secaramatang tak terkecuali Indonesia agar nantinya bukan
hanya sekedar bertahan tetapi jugamampu bersaing dengan negara anggota ASEAN.Bukan
tidak mungkin jika
integrasiperdagangan terealisasi dengan baik, ASEAN akan mampu mengintegrasikan mata
uanhngtunggal yang merupakan bentuk integrasi
regional tertinggi. Untuk dapat merealisasikanyadiperlukan kerja
keras seluruh pihak dan dengan terealisasinya MEA tahun 2015 ini
tentunyadiharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan kawasan terutama dalam
bidang keamanan,sosial, dan ekonomi.
Isu terkini tentang melemahnya nilai tukar rupiah
sejak Juni-Agustus
2013 yang sangat dipengaruhi atas permintaan dan
penawaran atas mata uang tersebut. Apabila permintaan atas suatu mata uang
meningkat, sedangkan penawaran atasnya tetap atau berkurang, maka nilai tukar
mata uang tersebut tentunya akan naik, begitu pula sebaliknya.
Salah satu solusi yang dapat kita peroleh untuk mengatasinya adalah dengan memancing investor-investor asing
untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi
Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan
di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang
menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali
dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan
tawaran yang menarik dan meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul.
2008.Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana
Karim,
Adiwarman. 2010. Ekonomi Makro Islam.
Jakarta: Rajawali Press
Swardono. 1999. Uang dan Bank.Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
[1]Swardono, Uang dan
Bank, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999), hal 97-98.
[2]Nurul huda, Ekonomi makro isalm , (Jakarta: Kencana, .........), Hal 83
[3]Tiga
madzhab ekonomi islam yaitu madzhab Iqtishaduna(madzhab pertama), madzhab
Mainstream(madzhab kedua), madzhab alternative(madzhab ketiga). Rincian
penjelasan lihat Adiwarman Karim, Ekonomi
Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), Edisi Kedua, 186
[4]http://manajemenkelasj.wordpress.com/2013/12/29/isu-melemahnya-nilai-tukar-rupiah-2-penyebab-dampak-dan-solusi-pemecahan/. Dapat dilihat pula
dalam http://indoprogress.com/2013/09/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampaknya/diakses pada tanggal
30 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar