Minggu, 07 Juni 2015

MAKALAH_EKONOMI_MONETER_PERMINTAAN_DAN_PENAWARAN _UANG_DALAM_ISLAM

MAKALAH EKONOMI MONETER
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter
Dosen Pengampu: Dzikrulloh, S.E.I., M. SEI 

OLEH KELOMPOK 3:
Ummul Bariroh
Ulfatun Nazilah
Taslimah
Hoirul Anam

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH 5-A
FAKULTAS ILMU-ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik, makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Moneter yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama karena pertolongan Allah SWT.
Makalah ini memuat tentang “Permintaan dan Penawaran Uang” yang mana peyusun yakin bahwa makalah ini masih memerlukan revisi karena begitu banyak kekurangan yang ada dari berbagai sisi. Kami ucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang telah mendukung dalam rangka penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan ilmu kita semua. Amin….       
Kelompok 3 

DAFTAR ISI
Kata Pengatar
Daftar isi
BAB I             PENDAHULUAN
A.       Latar belakang
B.       Rumusan masalah
C.       Tujuan Masalah
BAB II              PEMBAHASAN
A.    TEORI PERMINTAAN UANG
1.              Teori Klasik (sebelum Keynes)
2.              Teori Keynes
3.              Teori sesudah Keynes
B.     TEORI PERMINTAAN UANG DALAM ISLAM
1.              Permintaan Uang Madzhab Iqtishaduna
2.              Permintaan Uang Madzhab Mainstream
3.              Permintaan Uang Madzhab Alternatif
C.     TANTANGAN TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG MENGHADAPI MEA 2015
D.    TOPIC/ISU TERKINI TENTANG PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
E.     ANALISIS TOPIC
DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN
A.    TEORI PERMINTAAN UANG
1.      Teori Permintaan Uang Sebelum Keynes (Teori Permintaan Uang Klasik)
Teori permintaan uang sebelum keynes serinng juga disebut sebagai teori permintaan uang klasik. Teori permintaan uang ini dikatakan klasik karena landasan pemikiran mengenai perekonnomian dalam teori tersebut menggunakan asumsi klasik, yaitu perekonomian selalu berada dalam keadaan seimbang.Beberapa teori permintaan uang sebelum keynes, seperti irving Fisher dan teori permintaan uang menurut cambridge.
a.       Teori uang menurut irving Fisher
Seperti diuraikan dalam bbukunya yang berjudul Transaction Demand Theory of  the Demand for money memandang uang sebagai alat pertukaran. Dengan sederhana irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang. Teori ini mendasarkan pada falsafah hukum say, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam full employment. Menurut fisher , apabila terjadi suatu transaksi antara penjual dan pembeli, maka terjadi pertukaran antara uang dan barang/jasa, sehingga nilai dari uang yangditukarkan pastilah sama dengan nilai barang/jasa yang ditukarkan. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
MV=PT
Dalam hal ini M adalah jumlah uang yang beredar (penawaran uang), V adalah tingkat kecepatan (velocity) perputaran uang ini menunjukkan beberapa kali satu mata uang berpindah tangan dari satu orang kepada orang lain dalam satu periode. P adalah harga barang/jasa. T adalah jumlah (volume) barang/jasa menjadi objek transaksi. Persamaan diatas merupakan suatu persamaan identitas (artinya pasti benar, karena sisi kiri dan sisi kanan tanda sama dengan selalu sama besar), dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang/jasa yang dibeli/ditukar (PT).
Kemudian dalam versi lain, volume barang yang diperdaggangkan (T) diganti dengan Output Rii (O) sehingga persamaan tersebut berubah menjadi:
MV=PO=Y
Dalam teori kuantitas uang ini, irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah Flow Concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya uang akan dipengaruhi oleh kecepatan perputaran uang tersebut. Pada saat yang hampir bersamaan Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge mengembangkan formulasi yang hampir sama, namun pada hakikatnya berbeda.
b. Teori Permintaan Uang menurut Cambridge
Kaum Cambridge berbeda pandangan dengan Fisher karena menganggap uang adalah sebagai penyimpan kekayaan (Store of Wealth) dan bukan sebagai alat pertukaran. Kaum ekonom Cambridge, seperti Marshal dan Pigou, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memegang uang tunai (cash balances) yang menurut kedua ekonom tersebut ditentukan oleh tingkat bunga, jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan mengenai tingkat bunga dimasa yang akan datang, dan tingkat harga. Namun, dalam jangka pendek faktor-faktor tersebut bersifat tetap (konstan) atau berubah secara proporsional terhadap pendapatan. Jadi, kaum Cambridge menyatakan bahwa keinginan seseorang untuk memegang uang tunai secara nominal adalah proporsional terhadap pendapatan nominal seseorang. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
                                                            Md=kY
Dalam hal iini Md adalah jumlah uang tunai yang dipegang oleh masyarakat (permintaan uang). K adadal konstanta yang menunjukkan presentase jumlah uang tunai yang dipegang terhadap pendapatan dan Y adalah pendapatan.
Berdasarkan persamaan tersebut, jika y=Y/P, maka Md=k.p.Y atau dapat dimanupulasi menjadi:
                                                            Md/P=k.Y
Secara matematis persamaan Cambridge diatas sama dengan persamaan Fisher sebab k=i/V, akan tetapi secara teori kedua persamaan tersebut berbeda. Teori permintaan uang menurut Fisher didasarkan pada pendekatan transaksi (transaction approach), sedangkan persamaan Cambridge diatas didasarkan pada pendekatan kebutuhan masyarakat memegai uang tunai (cash balance approach) yang menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada penghasilan nasional secara riil, maka permintaan akan uang tunai juga akan naik.
c.  Teori permintaan menurut keynes
Sumbangan keynes dalam bidang ekonomi terdapat dalam karya bukunya yag berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money, yang diterbitkan pada tahun 1936. Buku ini merupakan tantangan bagi teori klasik. Buku ini terkenal baik di Inggris maupun di Amerika Serikat. Didalam bukunya, ia menyatakan, bahwa mekanisme pasar tidak dapat sepenuhnya menjamin adanya full employment dalam perekonomian. Selanjutnya dia menyatakan adanya peran atau ikut campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
2.      Teori Permintaan Uang Keynes
Dalam bukunya the general theory of employment, interest and money Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full employmen dalam perkomomian perlu adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini.
Teori Keuangan yang di kemukakan oleh Keynes pada umumnya menerangkan tiga hal utama, yaitu:
1.      Tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan uang)
2.      Factor factor yang menentukan tingkat bunga, dan
3.      Efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi Negara.
Terkait dengan tujuan tujuan masyarakat untuk meminta (memegang uang ) maka dapat diklasifikasikan atas 3 motif utama[1], yaitu:
1.      Motif transaksi (transaction motive) motif ini timbul Karena uang di gunakan untuk melakukan pembayaran secara regular terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi di pengaruhi oleh besarnya tingkat penadapatan (MDt =f (y) ),artinya semakin besar tingkat pendapatan yang di hasilkan maka jumlah uang di minta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
2.      Motif berja jaga (precautionary motive) selain untuk membiayai transaksi uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa yang akan datang (berjaga jaga). Sama halnya dengan permiontaan uang untuk transaksi , maka besarnya permintaan uang untuk berjaga jaga di tentukan oleh besarnya tingkat pendapatan, artinya semakin besar tingkat pendapatan maka permintaan uang untuk berjaga jaga akan semakin besar atau mempunyai hubungan positif dan fungsinya dapat dinyatakan sama. Yaitu MDp=f (Y).
3.      Motif Spekulasi (SPECULATION MOTIVE), pada suatu system ekonomi modern dimana lembaga keuangan sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnnya bagi kegiatan spekulasi yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat surat berharga , seperti obligasi pemerinttah , saham, dan instrument lainnya . factor yang menentukan besarnya untuk menetukan motiv spekulasi ini adalah besarnya suku bunga , deviden surat surat berhaga ataupun capital gain. Untuk menyederhanakan pembahasan ,maka fungsi permintaan uang untuk tujuan spekulasi dapat dinyatakan sebagai berikut : MDs = f (i).
Ketiga motif permintaan uang tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar:


 






Grafik 1.Permintaan uang spekulasi              Grafik 2. Permintaan uang untuk 
transaksi berjaga jaga
Berdasarkan gambar(1) diatas terlihat bahwa permintaan uang untuk spekulasi mempunyai bentuk hubungan negatif (antara suku bunga dan jumlah uang) , pada saat suku bunga i0 maka jumlah uang yang di minta M0 saat suku bunga mengalami kenaikan dari i0 i1 maka semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi maksudnya semakin tinggi  suku bunga, maka semakin kecil semakin kecil keinginan masyarakat untuk menyimpan uang dan semakin besar digunakan untuk spekulasi. Sedangkan pada gambar (2) pada saat pendapatan (y) maka permintaan uang sebesar M0, jika pendapatan mengalami kenaikan dari Y0 ke Y1 ,maka permintaan uang akan mengalami kenaikan dari M0 ke M1.
Kembali pada pandangan keynes yang menyatakan suku bunga di tentukan oleh permintaan dan penawaran uang.pembahasan terkait dengan permintaan uang telah dilakukan   dengan suatu kesimpulan total permintaan uang dalam perekonomian ditentukan oleh permintaan uang untuk transaksi (MDt), berjaga jaga (MDp), dan spekulasi (MDs),yang dapat di tuliskan formulasinya sebagai berikut.
MD=MDt + MDp + MDs
 


Pergerakan dan pergeseran kurva permintaan uang
            Pergerakan (movement a long) yang di maksud dalam konsep ini adalah pergerakan kurva permintaan uang yang masih di sepanjang kurva permintaan itu sendiri. Hal ini terjadi karena di sebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga. Sedangkan yang di maksudkan dengan pergeseran kurva permintaan uang adalah bergesernya kurva permintaan uang yang disebabkan oleh perubahan selain tingkat suku bunga. Lebih lanjut dapat di jelaskan dengan menggunakan analisis kurva dengan gambar 5.2. pada gambar 5.2 bagian (1) merupakan kurva pergerakan , pergerakan dari titik A ke titik B di sebabkan perubahan tingkat suku bunga i0 ke i1. Sedangkan gambar bagian (2) merupakan pergeseran (shift) kurva permintaan uang, pergseran MD0 ke MD1 ataupun ke MD2 disebabkan oleh perubahan selain tingkat suku bunga , misalnya tingkat pendapatan (Y) jika tingkat pendapatan turun maka kurva MDv bergeser ke MD1, sebaliknya jika tingkat pendapatan (Y) naik maka kurva MD0 bergeser ke MD2 dengan asumsi tingkat suku bunga yang berlaku tetap sebesar i0.[2]
 


           




Pergeseran dan pergerakan kurva permintaan uang
3.      Teori Permintaan Uang Setelah Keynes
Terdapat tiga permintaan uangsetelah masa keynes yaitu teori permintaan uang untuk tujuan transaksi oleh baumol menurut baumol adanya lembaga keuangan yang memerikan bunga menyebabkan orang yang memegang uang tunai mengalami kerugian yang disebut opportunity cost dimana ia kehilangan kesempatan memperoleh bunga dari pendapatannya.semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin tinggi pula biaya yang harus ditanggung seseorangdalam memegang uang tunai.apabila ia menyimpan semua pendapatannya dilembaga keuangan maka orang tersebut akan meperoleh keuntungan dari bunga tetapi ia tidak dapat melakukan transaksi atau melakukan konsumsi.oleh karena itu seseorang akan menentukan jumlah uan yang akan dipakai untuk tujuan transaksi yang dapat mengoptimalkan penghasilan.seseorang yang memperoleh pendapatan diawal periode dapat menentukan berapa kali ia akan melakukan transaksi ke bank.jika pendapatannya sebesar Y dan ia menetapkan akan pergi ke bank sebanyak dua kali,maka awal periode ia harus mmemasukkan uang ke bank sebesar setengah Y.jika menetapkan  akanke bank sebanyak tiga kali,maka ia harus menyimpan diwal periode sebanyak 2/3 Y, begitu seterusnya.dengan demikian dapat dirumuskan bahwa bila seseorang akan menetapkan akan ke bank sebanyak n kali,makaia harus menyimpan uangnya di bank pada awal periode  sebanyak(n-1)y/2n dan bila tingkat bunga sebesar i maka pendapatan (R) dari bunga sebesar:
R=(n-1)iY/2n
=iY/2n2
 




Teori permintaan uang  untuk spekulasi oleh tobin menurut tobin karena keynestidak menghitungkan seseorang yang memegang uang dan kekayaannya dengan komposisi  berbeda-beda dan keynes tidak memperhitungkan unsur ketidak pastian.dalam menganalisa teri permintaan uang dalam spekulasi tobin menggunakan pendekatan perfotolio.seseorang memegang surat berharga pasti mengharapkan pendapatan(e):
e=i+g
 


Dimana:
i=bunga
RT=Bxe=B(i+g)
g=keuntungan modal, sehingga seseorang yang memegang surat berharga sejumlah(B) mengharapkan memperoleh  pendapatan total(Rt) sebesar:

Teori permintaanuang menurut Friedman,menurut Friedman seseorang atau suatu perusahaan memegang uang tunai lebih kepada alasan kepuasan(utulity) sebagaimana barang tahan lama lainnya. Konsumen baukrumah tangga maupun perusaahaan memperoleh kepuasan memegang uang tunai dalam hal kemudahan dalam memegang alat pembayaran(uang) dibandingkan apabila memegang surat berharga yang memiliki resiko. Produsen memegang unag tunai karena alasan kemudahan dalam pembayaran tagihan pembelian input. Teori permintaan uang yang di rumuskan oleh Friedman adalah sebagai berikut:
Md=k(r1,....,rj)y
 


dimana:
Md= permintaan uang tunai
r     = tingkat pengembalian(rate of return)
1,...j= jenis kekayaan, termasuk tingkat bunga
Dengan demikian menur Friedman jumlah uang yang diminta tergantung kepada tingkat pendapatan nasional. Hanya saja perbedaan friedman dengan Fisher adalah friedman menyatakan bahwa:
a.       Nilai k bukanlah sesuatu yang konstan. Nilai k dapat berubah-ubah tergantung kepada perubahan tingkat bunga dan faktor laain yang dapat di ramalkan.
b.      Fiedman tidak menggapkan bahwa pendapatan selalu terjadi pada tingkat full empployment. Dapat saja pendapatan terjadi dibawah tingkat full employment.
B.     TEORI  PERMINTAAN UANG DALAM ISLAM
Berbicara tentang bagaimana teori permintaan dalam perspektif ekonomi Islam, telah dijelaskan dalam tiga madzhab ekonomi Islam[3]. Pada dasarnya, permintaan uang menurut ketiga madzhab ekonomi Islam ini mempunyai kesamaan dalam motif memegang uang. Dalam Islam hanya mengenal dua motif dalam fungsi permintaan uang, yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Instrument moneter yang ada memang dihindarkan dari penggunaan variable yang akan mengarahkan kepada spekulasi. Instrument pengganti suku bunga diarahkan penggunaannya terhadap uang yang memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan efisien.
Walaupun ada kesamaan motif memegang uang, penggunaan variable penjelas yang digunakan diantara ketiga madzhab adalah berbeda. Madzhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Madzhab Mainstream menggunakan dues on idle fund dan tingkat pendapatan sebagai variable independent dari fungsi permintaan uang. Sedangkan madzhab alternative menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan variable yang memengaruhinya adalah Y, variable kebijakan pemerintah, X, variable sosio-ekonomi, Ø, knowledge-induced variable. Instrumen yang digunakan sebagai financial intermediaryadalahProfit-Sharing atau expected rate of perofit.
1.      Permintaan Uang Madzhab Iqtishaduna
Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau investasi. Formulasinya bisa ditulis:
                                                Md = Md trans + Md prec
Fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki seseorang adalah permintaan uang untuk transaksi. Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka permintaan uang untuk fasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan meningkat. Sedangkan besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai, akan menentukan fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga.
Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib membolehkan pembayaran dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai dalam perniagaan komoditi secara kredit. Pt sebagai besarnya harga yang akan dibayar kredit adalah lebih besar dari harga tunai Po. Pt/Po adalah rasio harga antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh. Apabila harga bayar tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang kas riil, karena orang akan lebih senang memegang barang yang akan meningkat harganya pada masa mendatang daripada memegang dalam wujud kas. Pada masa Rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga. Md tr + Md pr, apabila Md pr ↓ maka Md tr ↑.
Meningkatnya permintaan uang untuk transaksi ini akan meningkatkan velositas daripada uang V ↑. Selanjutnya dengan adanya kenaikan dari velositas uang, ini akan mengakibatkan meningkatnya harga bayar tangguh Pt/Po. Secara sederhana dapat kita jelaskan sebagai berikut mengapa Pt/Po naik ketika velositas dari uang naik. Seorang penjual mangga setiap bulan mampu menjual sebanyak 10 buah, sedangkan keuntungan setiap kali adalah 10 dirham, maka dalam satu bulan keuntungan dari penjualan mangganya adalah 100 dirham. Apabila penjual tersebut ingin menjual mangganya dan dibayar pada bulan depan maka dia akan mengenakan biaya sebesar 10 kali dari keuntungan setiap kali penjualan. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga bayar tangguh dari penjualan mangga ini adalah 10 kali atau sesuai dengan besarnya volatilitas/banyaknya transaksi yang biasanya terjadi.
Masing-masing fungsi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dapat ditulis:                                
Mdtrans = f (Y)
Mdprec = f (Y, Pt/Po)
Dalam formula permintaan uang dibawah ini kita lihat bahwa variable bebas pendapatan (Y) mempunyai koefisien yang positif dan harga bayar tangguh berkoefisien negatif.
Md = f (Y+, Pt/Po)
Dalam sebuah grafik dapat kita gambarkan bahwa permintaan uang mempunyai kemiringan negatif berslope kekanan, garis vertical mewakili nilai Pt/Po dan jumlah Md berada pada garis horizontal. Pergerakan sepanjang kurva (titik a ketitik b) pada kurva Md1 dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga pada Pt/Po. Sedangkan pergeseran kurva dari Md1 ke Md2 diakibatkan karena adanya perubahan-perubahan pada variable exogen, seperti peningkatan ekspor atau impor, hari raya dan lain-lain.



                              Pt/Po



                                          a•
                                               b•
                                                      Md1    Md2
                              0                                              Md
       Grafik 3. Kurva Permintaan Uang dalam Madzhab Iqtishaduna
2.      Madzhab Mainstream
Seperti halnya pada madzhab pertama dimana permintaan uang dalam Islam hanya dikategorikan dalam dua hal yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga. Perbedaan madzhab ini dengan madzhab sebelumnya terlihat pada bagaimana perilaku permintaan uang untuk motif berjaga-jaga dalam Islam dan variable apa yang memengaruhi motif berjaga-jaga ini.
Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah Islam mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau penimbunan kekayaan merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang digunakan oleh madzhab ini. Dues of idle cash atau pajak atas asset produktif yang menganggur bertjuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.
Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak atas asset produktif yang menganggur, maka permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai berikut: Ahmad memiliki kekayaan berupa tanah, kemudian tanahnya hanya dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai tambah bagi kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan kepada Ahmad agar tanah tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong Ahmad untuk bersedia mengelola kekayaannya pada kegiatan produktif. Sehingga Ahmad akan terkena risiko pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan.

Permintaan uang dalam madzhab ini dapat dirumuskan:
                                           Md                   = Mdtrans + Mdprec
                                           Mdtrans           = f (Y)
                                           Mdpren&inv    =f (Y,µ)
Tingkat Dues of idle fund diwakili oleh nilai µ, semakin tinggi nilai µ, maka semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Karena pada tingkat µ yang tinggi, biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap uang kas tersebut menjadi naik. Dalam kondisi seperti ini seseorang akan berusaha memperkecil pajak yang dia bayarkan kepada pemerintah dengan cara megurangi kekayaan yang idle. Begitu juga sebaliknya jika nilai µ rendah, maka memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang tinggi. Tinggi rendahnya risiko menyimpan uang kas (Ω) dipengaruhi oleh besarnya dues of idle fund (µ) dikurangi dengan risiko investasi (ψ).
                                                       Ω = µ - ψ
Dalam persamaan dibawah ini dapat kita tuliskan bahwa variable pendapatan(Y) berbanding positif dengan banyaknya permintaan uang dan berbanding terbalik dengan nilai pajak yang dikenakan terhadap aset atau kekayaan yang dianggurkan (µ).
Md = f (Y+, µ-)
Pada grafik 4 dibawah ini dapat kita lihat bahwa semakin tinggi nilai µ, maka velocity of money akan meningkat. Peningkatan velocity of money ini akan mengurangi permintaan uang untuk berjaga-jaga dan sekaligus akan meningkatkan permintaan uang untuk transaksi. Peningkatan uang yang digunakan untuk transaksi dan investasi akan berdampak pada peningkatan pendapatan nasional. Dalam cart dapat kita tuliskan sebagai berikut:
                                    µ↑→ MDprec↓→MDTrans↑→ν↑→Y↑

Grafik 4.Kurva Permintaan Uang Madzhab Mainstream
Grafik tersebut menggambarkan bagaimana kurva permintaan uang dengan tingkat µ, Y dan Ms dalam berbagai tingkatan. Permintaan akan uang (untuk motivasi transaksi dan berjaga-jaga) tampak bervariasi sebagai kebalikan dari tingkat biaya atas uang menganggur (µ). Pada tingkat biaya µ1, keseimbangan akan tercapai pada titik E1. Pada grafik diatas kita dapat menjelaskan bahwa pergeseran motif precautionary akan direspon secara berlawanan oleh pergeseran motif untuk transaksi Md = Mdtr + Mdpr. Bila Md adalah tetap maka kenaikan Md untuk berjaga-jaga akan berdampak pada pengurangan Md untuk transaksi, sehingga kurva Mdtr akan bergeser kekiri.
Jika pada tingkat pendapatan sekarang Y* dan biaya-biaya yang berlaku terdapat kecenderungan orang untuk menahan uang (katakanlah menjadi Ms2), maka pemerintah akan meningkatkan pajak terhadap uang yang ditahan itu menjadi µ2 sehingga keseimbangan antara Md dan Ms tetap terjaga. Suatu hal yang penting dalam pengelolaan uang disini adalah kebijakan pemerintah ketika terjadi ketidak seimbangan antara permintaan uang dan penawaran uang yaitu dengan memainkan peranan biaya atas uang yang menganggur dan bukannya menaikkan dan menurunkan jumlah uang beredar.
3.      Madzhab Alternatif
Permintaan uang dalam madzhab ketiga ini, sangat erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam Islam secara sederhana dapat kita artikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi yang ada dalam sector riil. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang disektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang disektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehingga tidak selalu nilai uang harus bertambah walau waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya akan tergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi dari perubahan dan pertambahan disektor riil. Konsep inilah yang kemudian menjadikan landasan system moneter Islam selalu berpijak pada sector mikroekonomi.
Permintaan uang menurut M.A Coudhury adalah representasi dari keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sector riil. Semakin tinggi kapasitas dan volume sektor riil meningkat, maka permintaan uang pun akan meningkat. Variable-variabel yang mempengaruhi permintaan uang meliputi variable-variabel sosio-ekonomi (X), kebijakan pemerintah dalam regulasi ekonomi (Y), dan informasi objektif masyarakat akan kondisi riil perekonomian. Tidak seperti halnya teori exogenous, uang dalam literature konvensional dianggap bahwa permintaan uang dan penawaran uang dipengaruhi oleh suku bunga. Permintaan uang dan penawaran uang dalam madzhab ini dipengaruhi oleh besarnya profit sharing atau expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected rate of profit ini merupakan representasi dari prospek pertumbuhan actual ekonomi.
Expected rate of profit merupakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan dari menginvestasikan uang kas yang disimpan. Apabila expected rate of profit yang akan didapatkan dari kegiatan investasi disektor riil meningkat, maka penawaran investasi juga akan meningkat. Tingginya penawaran investasi akan menyebabkan penurunan jumlah uang kas riil yang dipegang masyarakat. Artinya peningkatan expected rate of profit menjadikan orang berkeyakinan bahwa pemegangan uang kas yang berlebih mengandung kerugian akan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Akibatnya, seseorang akan menyesuaikan berapa besar permintaan uang kas riil yang dipegang terhadap besarnya expected rate of profit.
Formulasi permintaan uang menurut M.A Coudhury adalah:
                                               N
Ms(π,y,p,S,R,X,Y) [θ] = ∑ Mdb (rb, y, p, S, R, X, Y) [θ]
                                            b = 1
   N              N            m             N
Ms = ∑ Mdb = ∑ Msb = ∑              ∑ Mdbj = Md
        b = 1       b = 1     j = 1          b = 1
b = 1, 2, 3,……, N
Md = f (rb+, y+, p-, S+, X+, Y+) [θ]
Permintaan uang sebagai manifestasi dari actual kapasitas transaksi sector riil adalah penjumlahan dari total permintaan uang oleh individu atau lembaga keuangan: π mewakili tingkat keuntungan, y adalah pendapatan riil, p adalah tingkat harga-harga atau inflasi, rb menunjukkan ratio profit-sharing antara shohibul mal dan mudharib dalam bank (b) atau lembaga keuangan (b). S adalah total keuangan pengeluaran nasional. R = reserve requirement yang dikeluarkan oleh bank sentral kepada bank-bank umum. Dari formula diatas, kita juga dapat melihat bagaimana hubungan natar variable-variabel yang ada terhadap permintaan uang atau penawaran uang.Variable bebas y, pendapatan riil yang dimiliki oleh seorang individu akan berhubungan secara positif dengan banyaknya permintaan uang. Sedangkan variable independent p, dimana p adalah harga-harga atau inflasi mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan banyaknya permintaan uang. Semakin tinggi harga barang secara umum/inflasi, maka orang akan cenderung memilih untuk menyimpan uangnya dalam bentuk barang. Sehingga, ketika inflasi meningkat, maka permintaan uang akan turun. Bersamaan dengan itu, permintaan akan kepemilikan barang akan meningkat. S, sebagai variable pengeluaran nasional berhubungan secara positif dengan permintaan uang. Sedangkan X, dan Y, masing-masing adalah variable untuk sosio-ekonomidan kebijakan pemerintah. Θ, sebagai induced-knowledge adalah pengetahuan masyarakat akan kondisi objektif dari tiap-tiap variable. Kualitas pengetahuan ini akan berpengaruh terhadap besaran permintaan uang yang diinginkan oleh seorang pelaku ekonomi.
C.    TANTANGAN TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG MENGHADAPI MEA 2015
Tantangan yang akan dihadapi oleh teori permintaan dan penawaran uang dalam menghadapi MEA 2015 khususnya dalam perspektif Islam adalah harus mampu menyelesaikan masalah yang akan dihadapi oleh permintaan dan penawaran uang kedepannya.
1.      Peluang
a.       Manfaat Integrasi Ekonomi
Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 Negara ASEAN membentuk ASEANEconomic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada keyakinanatas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomiIndonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudan AEC 2015melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatanefisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja dikawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
b.      Pasar Potensial Dunia 
Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasarterbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah pendudukASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook,2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan usiamayoritas berada pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu NegaraASEAN juga meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjagadengan inflasi sekitar 3,5%. Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan(40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat bagi Indonesia menjadi negaraekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN dimasa depan.
c.       Negara Pengekspor 
Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor baik pengekspor produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based product) maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada transaksi berjalan. Prosepek perekonomianyang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi(penanaman modal).Pada umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia meskipuncenderung menurun dan beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan ASEANmenunjukkan bahwa share perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari80,8% pada tahun 1993 turun menjadi 73,2% pada tahun 1993 menjadi 26,8% padatahun 2008. Hal yang sama juga terjadi dengan Indonesia dalam 5 tahun terakhir,namun perubahannya tidak signfikan. Nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya18-19% sedangan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harusditingkatkan agar laju peningkatkan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.
Indonesia sudah mencatat 10 komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun keintra-ASEAN selama 5 tahun terakhir ini (2004-2008) dan 10 komoditi eksporyang potensial untuk semakin ditingkatan. Komoditi unggulan ekspor ke dunia adalahminyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik produk hasil hutan, karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi sedangkan omoditi ekspor keintra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refinedcopper, batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan nilai ekspor kedunia adalah peralatan kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan dan produk perikanan,minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, perlatan medis, sert kulit & produkkulit. Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi tujuan pasar sesuai dengansegmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
d.      Negara Tujuan Investor 
1)   Kesamaan Produk
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasanASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan, produk aret, produk berbasis kayu,dan eletronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25% dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan  produk dari Negara-negara ASEAN lainnya.
2)        Daya Saing Sektor Prioritas Integrasi
Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan keunggulankomparatif di setor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan disektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batubara, nikel), mesin-mesin produk kimia, karet dan kertas masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.
3)      Daya Saing SDM
Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secaraformal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhiketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, mode 3 pendirian perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (Movement of Natural Persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenagaerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untukmencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudahkarena memerlukan adanya ceta baru sistem pendidikan secara menyeluruh, dansertifikasi berbagai proses terkait.
4)      Kepentingan Nasional 
Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakanyang utama yang harus diamanan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingankawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritaskedua. Hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanaan komitmenliberalisasi AECBlueprint.Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat secara politik serta masalah kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi kawasan. Selama ini ASEAN selalu menggunakan pendekatan Voluntary approach dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN sehingga group pressure diantara sesame Negara Aggota lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama. 
2.      Strategi Umum Menuju MEA 2015
Indonesia harus segera menyusun langkah strategis yang dapat diimplementasikan secaratarget specific agar peluang pasar yang terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal.Langkah strategis tersebut disusun secara terpadu diantara sektor mulai dari hulu hingga kehilir dibawah koordinasi suatu Badan Khusus atau Kementrian Koordinator BidangPerekonomian.Langkah-langkah strategis setiap sektor kemudian dijabarkan kedalam tindakan-tindakanyang mengarah pada upaya perbaikan dan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik disetiap sektor dan linie dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mendorong kinerjaekspor harus dilakukan secara terkoordinasi dengan seluruh sektor Pembina dan pelakuusaha.
Koordinasi antar sektor dan instansi terkait, terutama dalam menyusun kesamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi (reformasi) kebijakan ditingkat pusat dan daerah harus dilakukan.Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan antara lain adalah melakukan:
a.       Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual(reformasi regulasi)
b.      Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usahaataupun profesional
c.       Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil, dan usaha pada umumnya
d.      Penguatan kemitraan antara public dan sektor wisata
e.       Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi (jugamerupapkan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di berbagai boding seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi)
f.       Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan
g.      Peningatan partisipasi instituisi pemerintah maupun swasta untuk mengimplementasikan AEC
h.      Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbaga skala-Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastrukturseperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi danrestrukturisasi industri dan lain-lain.
Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEANtunggal optimum (optimum currency area/ OCA) Mundell (1961) yang meliputi kecukupan prakondisi politik dan standar kriteria ekonomi tertentu. Namun layak tidaknya sebuah sistemnilai tukar yang akan dipakai tergantung dari kesiapan perekonomian kawasan tersebut untukmemenuhisyarat-syarat yang tertera pada kriteria utama OCA. Karena itu perlu beberapaanalisis yang memberikan gambaran tentang kelayakan kawasan ASEAN untukditerapkannya sistem OCA). Dari teori kawasan mata uang tunggal optimum tersebutmemiliki keuntungan dan kelebihanya antara lain:
a.       Hilangnya ketakuatan investor asing terhadap perubahan kurs. 
b.      Arus distribusi perdagangan yang cepat.
c.       Sistem nilai tukar yang lebih stabil. Nilai tukar akan lebih stabil dikarenakan negara-negara secarabersama-sama dalam mengatur kebijakan moneternya, sehinggaketahanannstabilitas moneter terutama nilai tukarnya lebih baik.
d.      Pemerataan pertumbuhan ekonomi.Kerugian diterapkanya Optimum Currency Area
e.       Hilangnya kebebasan moneter (Bank Sentral)Bank sentral di masing-masing negara tidak dapat menjalankan kebijakanmoneternya hal ini dikarenakan dalam OCA kebijaksanaan moneter diambil secara bersama-sama dan dibawahi oleh suatu lembaga yang dipilih.
Hilangnya mata uang nasional suatu bangsa.Dengan penggunaan mata uang tunggal maka negara-negara yang menerapkannyaharus bersedia memakai mata uang tunggal sebagai alat tukar yang sah danmelepaskan kemungkinan penyesuaian nilai tukar nominal sebagai respon terhadapgejolak perekonomian makro.Ketika kita berbicara tentang integrasi ekonomi, diperlukan kepastian nilai tukar yangmenjadi sangat penting di era global saat ini. Sehingga kebutuhan integrasi ekonomi bukanhanya berupa integrasi perdagangan tetapi juga berkaitan erat dengan integrasi keuangan.Ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotauntuk merealisasikanmata uang tunggal ASEAN yaitu harus memiliki sistem ekonomi yang sejenis dan jugatingkat perkembangan yang tidak boleh terlalu jauh. Selain komitmen, transparansi daninformasi terkait perkembangan perekonomian masing-masing negara. Komitmen dantransparansi inilah yang menjadi beberapa penyebab keruntuhan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa. Pada tahun 1998, kesepakatan syarat bergabung bukan berdasarkan pada aspek ekonomi melainkan pada aspek politik sehingga terjadi kelonggaran pemenuhan persyaratan.
Selain menimbang kesiapan secara internal, tentu ASEAN harus belajar banyak dengan UniEropa yang mana Uni Eropa dijadikan sebagai model percontohan penerapan mata uangtunggal untuk kawasan lain. Dimana otoritas kebijakan moneter Uni Eropa dikelola olehBank Sentral Eropa (Europian Central Bank / ECB) dengan demikian tugas pengelolaankebijakan moneter setiap negara hilang. Bank sentral di setiap negara hanya berfungsilayaknya kantor cabang. Hilangnya kendali negara atas kebijakan moneter bisa dikatakansebagai ongkos yang harus dibayar untuk penetapan sistem mata uang tunggal yang berimplikasi pada berkurangnya instrumen untuk melakukan intervensi dalam pengelolaanekonomi domestik negaranya.Bahkan penerapan kebijakan moneter tersebut secara kolektif bisa menimbulkan hambatan pengelolaan kebijakan fiskal tiap negara anggota.
Yang manakebijakan fiskal negara-negara anggota Uni Eropa tidak diakomodasi oleh Uni Eropa.Sehingga dalam pengambilan suatu kebijakan fiskal suatu negara harus memperhatikan tidakmengganggu kestabilan moneter regional.Jika nantinya ASEAN sudah mampu merealisasikan intergrasi perdagangan dan perekonomian bukan tidak mungkin penggunaan mata uang tunggal yang mana hal itumerupakan bentuk kerjasama integrasi regional yang paling tinggi. Utuk dapatmerealisasikanya perlu usaha untuk memperkecil kesenjangan pembangunan, pembangunaninfrastruktur regional. Penyatuan mata uang merupakan sesuatu yang baik, namum perwujudannya harus melalui tahap-tahapan yang memungkinkan hal itudiwujudkan.Meskipun memiliki berbagai keuntungan, namun perwujudan pembentukan matauang tunggal ASEAN masih memiliki berbagai kendala, diantaranya masih amat beragamnya kondisi perekonomian negara-negara ASEAN. 
Upaya untuk perwujudan penyatuan mata uang ini harus didahului oleh maksimalisasi  peran dari pembentukanMasyarakat Ekonomi Asean. Selain itu untuk dapat mewujudkannya, harus terdapat kesatuan-kesatuan tekad antara negara-negara anggota ASEAN sehingga infrastruktur untukterbentuknya mata uang tunggal ASEAN dapat terwujud.
D.    TOPIC/ISU TERKINI TENTANG PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
Isu terkini tentang melemahnya nilai tukar rupiah sejak Juni-Agustus 2013[4]
Akhir-akhir ini Negara Indonesia kita ini dilanda oleh berbagai macam masalah. Mulai dari tingginya tingkat kasus korupsi, hingga melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Melemahnya nilai Rupiah ini adalah permasalahan perekonomian Negara yang kini sedang kita hadapi di Indonesia. Namun, apakah yang menyebabkan nilai Rupiah menurun? Nilai tukar Rupiah melemah karena tingginya penawaran dibandingkan permintaan atas uang Rupiah. Nilai tukar mata uang sangat dipengaruhi atas permintaan dan penawaran atas mata uang tersebut. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat, sedangkan penawaran atasnya tetap atau berkurang, maka nilai tukar mata uang tersebut tentunya akan naik, begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi, apakah yang membuat penawaran atas Rupiah begitu tinggi, sementara nilai permintaannya rendah? Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, keluarnya sebagian besar investasi asing dari Indonesia. Hal ini dikarenakan investor menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang Negara lain untuk di investasikan ke Negara tersebut. Dengan hilangnya sebagian investor asing dari Indonesia menyebabkan berkurangnya permintaan atas mata uang rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini dapat dilihat dari indeks Harga Saham Gabungan atau disebut juga HSG yang cenderung menurun seiring dengan menurunnya nilai Rupiah. Kedua, ialah neraca perdangangan Indonesia yang defisit, yakni nilai Ekspor Indonesia yang lebih kecil dari nilai Impornya. Dinamika Ekspor dan Impor memang sangat berdampak kepada nilai mata uang. Hal ini karena saat kita melakukan kegiatan Ekspor, maka permintaan atas mata uang Rupiah akan meningkat, karena Negara tujuan secara tidak langsung menukarkan mata uangnya dengan mata uang Negara Eksportir. Sebaliknya, kegiatan Impor akan menurunkan permintaan atas mata uang Rupiah dan menaikkan penawarannya sehingga nilai tukar Rupiah pun menurun.
Salah satu dampak dari melemahnya nilai rupiah adalah berubahnya harga komoditi Impor, baik obyek konsumsi maupun alat produksi. Harga komoditi Impor biasanya dipatok dengan mata uang Negara asal, maka apabila nilai mata uang Negara tujuan Impor jatuh, maka harga komoditi Impor pun akan meningkat. Sebagai contoh, misal di nilai tukar Rupiah di Indonesia turun sekitar 14% dari nilai US Dollar (9000), maka nilai US Dollar pun meningkat menjadi sekitar 10.250 Rupiah, dan harga komoditi Impor pun meningkat sebesar 14%. Kemudian, harga barang-barang Impor di mall, toko, maupun makanan di restoran dan kafe pun meningkat drastis dan semakin memperpuruk perekonomian Indonesia.

E.     ANALISIS
Dengan adanya masalah menurunnya nilai tukar Rupiah di atas dengan penyebab dan dampaknya,  tentunya kita telah mengetahui dengan jelas bahwa nilai Rupiah mungkin akan lebih jatuh lagi apabila tidak ada tindakan penyelesaian yang efektif dan efisien. Salah satu solusi yang dapat kita peroleh adalah dengan memancing investor-investor asing untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan tawaran yang menarik dan meyakinkan.
Selain itu, penyebab utama menurunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor ini adalah masalah paling besar di Negara ini. Kurangnya pengelolaan sumberdaya, kurangnya variasi produk asli Indonesia, hingga kebutuhan warga Negara Indonesia yang terpancing dengan Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Bangsa Eropa, bahkan bangsa Asia lainnya seperti Jepang, Korea, dan China yang mendominasi gaya hidup dan fashion, namun meninggalkan produk buatan Negaranya sendiri ini sangat perlu diperhatikan pemerintah. Warga Indonesia kini senantiasa mengkosumsi produk-produk impor yang terkesan mewah dibandingkan produk karya anak bangsa yang kualitasnya tak jauh beda. Pakaian, Aksesoris, Kendaraan, Makanan dan Minuman, semuanya telah didominasi dengan produk-produk asing. Sebagai contoh, warga Indonesia cenderung mengkosumsi makanan-makanan fast food khas Negara Barat seperti Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan lain sebagainya dibandingkan makanan khas Indonesia seperti Pecel, Soto, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pakaian, pakaian bermerk dari luar tentunya lebih disukai dibandingkan merk lokal yang kualitasnya tidak jauh beda dari merk-merk luar tersebut.
Pemerintah seharusnya memperhatikan produksi khas Indonesia dan mengurangi impor barang. Lebih baik lagi apabila produk khas Indonesia lebih ditonjolkan dan ditawarkan di Negara sendiri dan Negara lain. Pemerintah juga harus memperhatikan peralatan industri di Indonesia yang kualitas teknologinya tertinggal serta meningkatkan pendidikan pekerja Industri di Indonesia untuk meningkatkan pasokan ekspor dan mengurangi impor. Tetapi, langkah ini juga harus didukung oleh warga Indonesia untuk mengurangi kosumsi produk-produk luar negeri dan lebih mencintai produk dalam negeri.

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Teori permintaan uang dan penawaran uang dalam konvensional terbagi menjadi 3, yaitu teori permintaan uang dan penawaran uang sebelum Keynes,  teori permintaan uang dan penawaran uang Keynes, dan teori permintaan uang dan penawaran uang setelah Keynes.
Teori permintaan dalam perspektif ekonomi Islam, telah dijelaskan dalam tiga madzhab ekonomi Islam.Pada dasarnya, permintaan uang menurut ketiga madzhab ekonomi Islam ini mempunyai kesamaan dalam motif memegang uang, yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Instrument moneter yang ada memang dihindarkan dari penggunaan variable yang akan mengarahkan kepada spekulasi. Namun, penggunaan variable penjelas yang digunakan diantara ketiga madzhab adalah berbeda.madzhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Madzhab Mainstream menggunakan dues on idle fund dan tingkat pendapatan sebagai variable independent dari fungsi permintaan uang.Sedangkan madzhab alternative menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan variable yang memengaruhinya adalah Y, variable kebijakan pemerintah, X, variable sosio-ekonomi, Ø, knowledge-induced variable. Instrumen yang digunakan sebagai financial intermediary  adalahProfit-Sharing atau expected rate of perofit.
ASEAN sebagai organisasi regional negara-negara Asia Tenggara di era globalisasi inimampu bertransformasi menjadi wadah negara anggotanya untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian dan untuk dapat bersaing secara global. Kebutuhan integrasi semakin besar,terlihat dari betapa antusiasnya negara anggota ASEAN untuk menciptakan suatu regionalyang mampu mengakomodasi kegiatan perdagangan dan perekonomian antar negara. Initerlihat dari percepatan realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dulunya dicanangkantahun 2020 menjadi 2015. Seluruh negara anggota tentu harus mempersiapkan diri secaramatang tak terkecuali Indonesia agar nantinya bukan hanya sekedar bertahan tetapi jugamampu bersaing dengan negara anggota ASEAN.Bukan tidak mungkin jika integrasiperdagangan terealisasi dengan baik, ASEAN akan mampu mengintegrasikan mata uanhngtunggal yang merupakan bentuk integrasi regional tertinggi. Untuk dapat merealisasikanyadiperlukan kerja keras seluruh pihak dan dengan terealisasinya MEA tahun 2015 ini tentunyadiharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan kawasan terutama dalam bidang keamanan,sosial, dan ekonomi.
Isu terkini tentang melemahnya nilai tukar rupiah sejak Juni-Agustus 2013 yang sangat dipengaruhi atas permintaan dan penawaran atas mata uang tersebut. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat, sedangkan penawaran atasnya tetap atau berkurang, maka nilai tukar mata uang tersebut tentunya akan naik, begitu pula sebaliknya.
Salah satu solusi yang dapat kita peroleh untuk mengatasinya adalah dengan memancing investor-investor asing untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan tawaran yang menarik dan meyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul. 2008.Ekonomi Makro Islam. Jakarta:  Kencana
Karim, Adiwarman. 2010. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Press
Swardono. 1999. Uang dan Bank.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta




[1]Swardono, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999), hal 97-98.
[2]Nurul huda, Ekonomi makro isalm , (Jakarta:  Kencana, .........), Hal 83
[3]Tiga madzhab ekonomi islam yaitu madzhab Iqtishaduna(madzhab pertama), madzhab Mainstream(madzhab kedua), madzhab alternative(madzhab ketiga). Rincian penjelasan lihat Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), Edisi Kedua, 186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar