Jumat, 19 September 2014

kerangka_dasar_penyusunan_laporan_keuangan

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akuntansi Keuangan”
Dosen: M. Djazuli, S.E., M.Si
Penyusun
Kelompok 6:
Dewi Nurhuda
Ulfatun Nazilah
Husni Mubarak
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH 3A
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AKADEMIK 2013-2014

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Ruang lingkup akuntansi keuangan
B.     Etika profesi dalam penyusunan laporan keuangan
C.     Standar akuntansi dan lembaga penyusunan standar: IFRS, PSAK
D.    Kerangka konseptual akuntansi keuangan
E.     Penjelasan dan penerapan konsep pengakuan pendapatan
F.      Contoh penerapan metode persentase penyelesaian pada kontrak bertahap
G.    Standard akuntansi keuangan 1994
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah.
Sebagai mahasiswa ekonomi, sangat tidak wajar apabila tidak tahu tentang akuntansi keuangan. Sarjana yang sangat mumpuni ilmu ekonominya, khususnya tentang akuntansi keuangan sangat diperlukan dalam perkembangan ekonomi kedepannya. Maka dari itu, butuh materi-materi tentang akuntansi keuangan khususnya kerangka dasar penyusunan laporan keuangan untuk bisa menghitung keuangan sebuah perusahaan. Makalah ini akan mencoba mengulas sedikit tentang kerangka dasar penyusunan laporan keuangan, khususnya terkait ruang lingkup akuntansi keuangan, etika profesi dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi dan lembaga penyusunan standar: IFRS, PSAK, kerangka konseptual akuntansi keuangan, penjelasan dan penerapan konsep pengakuan pendapatan, dan contoh berbagai sumber pendapatan perusahaan, dan standard terkait.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah Ruang lingkup akuntansi keuangan?
2.    Bagaimanakah etika profesi dalam penyusunan laporan keuangan?
3.    Bagaimanakah standar akuntansi dan lembaga penyusunan standar: IFRS, PSAK?
4.    Bagaimanakah kerangka konseptual akuntansi keuangan?
5.    Bagaimanakah penjelasan dan penerapan konsep pengakuan pendapatan?
6.    Bagaimanakah contoh penerapan metode persentase penyelesaian pada kontrak bertahap?
7.    Bagaimanakah standard akuntansi keuangan 1994?

C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk Mengetahui Ruang lingkup akuntansi keuangan
2.    Untuk mengetahui etika profesi dalam penyusunan laporan keuangan
3.    Untuk mengetahui standar akuntansi dan lembaga penyusunan standar: IFRS, PSAK
4.    Untuk mengetahui kerangka konseptual akuntansi keuangan
5.    Untuk mengetahui penjelasan dan penerapan konsep pengakuan pendapatan
6.    Untuk mengetahui contoh penerapan metode persentase penyelesaian pada kontrak bertahap
7.    Untuk mengetahui standard akuntansi keuangan 1994
BAB II PEMBAHASAN
A.      Ruang Lingkup Akutansi Keuangan
Ø Sifat dan Komponen Kerangka Kerja Konseptual FASB
Usaha serius untuk mengembangkan landasan teoritis dari akutansi dapat ditelusuri sejak tahun 1930-an. Pihak yang memimpin usaha ini diantaranya adalah para pendidik akutansi, baik secara individu maupun secara kolektif sebagai bagian dari Amerika AccountimgAssociation (AAA).Pada tahun 1936, komite eksekutif AAA mulai mengeluarka publikasi yang didedikasikan untuk untuk teori akuntansi.Yang terakhir dipublikasikan pada tahun 1965 dan berjudul “Pernyataan Tentang Teori Dasar Akutansi. Selama periode dari tahun 1936 sampai tahun 1973, ada beberapa publikasi tambahan yang di keluarkan oleh AAA dan oleh AICPA, masing-masing berusaha untuk mengembangkan landasan konseptual untuk praktek akuntansi.
Meskipun publikasi ini memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan pemikiran akuntasi, tidak ada stuktur baku dalam teori akuntasi yang muncul dari upaya ini. Ketika FASB pertama kali didirikan pada tahun 1973, lembaga ini menanggapi kebutuhan akan kerangka kerja teoritis umum dengan proyek yang menyeluruh untuk mengembangkan sebuah “kerangka kerja konseptual untuk akuntansi keuangan da pelaporan”.
Proyek kerangka kerja konseptual merupakan salah satu agenda awal FASB.Oleh karena potensi pengaruh yang besar terhadap aspek dalam pelaporan akuntansi, dan karenanya bersifat kontroversial,kemajuannya sanagat lambat.Proyek ini memilki prioritas yang tinggi dan menerima banyak bagian dari sumber daya FASB.Pada bulan februari 2000, setelah hamper 30 tahun. FASB mengeluarkan kosep yang terakhir dari tujuh Statemen Of Financial Accounting Concepts  (biasa disebut concepts statement), yang menyediakan dasar untuk kerangka kerja koseptual.
Ketujuh Concepts Statement ini mengacu pada empat hal utama.
1)    Tujuan dari pelaporan keuangan.
2)    Karakter kualitatif dalam inforrnasi akuntansi.
3)    Elemen-elemen laporan keuangan.
4)    Pengakuan, pengukuran dan pelaporan.
Ø Tujuan laporan keuangan
Tujuan pelapoiran keuangan akuntansi keuangan yang utama yang disebutkan dalam kerangka dibawah ini:
1.      Kegunaan, kegunaan tujuannya keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.
2.      Dapat Dimengerti, dapat dimengerti laporan keuangan tidak boleh dan seharusnya tidak telalu sederhana agar dapat dimengerti oleh semua orang. Maksud dapat di mengerti adalah dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan dengan pengetahuan akuntansi dan bisnis yang cukup memadai serta pemakai yang mau mempelajarinya dan menganalisis informasi yang disajikan.
3.      Target Pembaca: investor dan kreditor sangat bergantung pada informasi yang terdapat pada laporan keuangan periodik yang disediakan oleh pihak manajemen.
4.      Penilaian Terhadap Arus Kas Masa Yang Akan Datang investor dan kreditor terutama tertarik pada arus kas perusahaan dimasa yang akan datang. Kreditor berharap agar bunga dan pokok peminjamannya dibayar dengan uang kas. Investor mengingikan dividen kas dan arus kas yang memadai agar bisnis dapat tumbuh.
5.      Evaluasi Sumber Daya Ekonomi pelaporan keuangan juga harus dapat menyediakan infotmasi tentang aset, utang dan modal milik perusahaan untuk dapat membantu investor kreditor  dan pihak lain dalam mengevalusi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan dan mampu membayar utang dalam jangka panjang.
6.      Fokus utama pada laba informasi tentang laba perusahaan yang diukur dengan akuntansi actual, biasanya menyediakan dasar yang lebih baik untuk memprediksi kinerja dimasa yang akan datang dari pada informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas pada saat itu.
Ø Karakteristik Kualitatif Dalam Informasi Akuntansi
Tujuan dasar dari pelaporan keuangan adalah untuk meneydiakan informasi yang berguna.Untuk membantu pemilihan diantara berbagai alternatif akuntansi keuangan dan pelaporannya, kerangka keraj konseptual mengidentifikasi karakteristik kualitatif dsan informasi akuntansi yang berguna. Karakteristi utama yang dibahas adalah:
1.      Manfaat Lebih Besar dari pada Biaya,  mamfaat lebih besar dari pada biayannya informasiseperti halnay komoditas lainnya, harus benilai lebih dari biaya untuk memproduksinya. Kesulitan untuk mengetahui evektivitas biaya dari pelaporan keuangan adalah bahwa mamfaat dan biaya, terutama mamfaat tiadak selalu dapat diukur dengan mudah. 
2.      Keandalan, keandalan informasi dikatakan dapat diandalkan apabila secara relatif bebas dari kesalahan dan menyajiakan hal yang seharusnya. Keandalan buakan berarti ketepatan yang absolut. Tujuannya memberikan jenis informasi yang dapat memberikan kepercayaan bagi pemakainya.
3.      Dapat Dibandingkan, inti dari dapat dibandingkan adalah bahwa informasi lebih dapat berguna ketika dapat dikaitkan dengan sesuatu tolak ukur atau standar. Perbandingan dapat dilakukan dengan data dari perusahaan lain atau informasi yang sejenis dengan perusahaan yang sama tapi pada periode yang berbeda.
Ø Elemen-elemen laporan keuangan
Elemen-elemen dalam laporan keuangan itu dibagi menjadi sepuluh elemen:
Aset, asset adalah kemungkinan mamfaat ekonomi dimasa yang akan datang yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu.
1.      Kewajiban, kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan mamfaat ekonomi di masa yang akan datang yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aset.
2.      Ekuitas atau aset bersih adalah sisa kepemilikan atas aset dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya.
3.      Investasi oleh pemilik adalah peningkatan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang dihasilkan dari pengalihan dari entitas lain atau sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan modalnya dalam perusahaan tersebut.
4.      Distribusi kepada pemilik adalah penurunan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang dhasilkan dari pengalihan asset, pemberian jasa, dan timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
5.      Laba komprehensif merupakan perubahan dalam modal perusahaan bisnis selama suatu periode dari transaksi kejadian,dan kondisi lainnya yang berasal dari sumber-sumber selain pemilik. Termasuk didalamnya adalah semua perubahan dalam modal selama suatu periode kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
6.      Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain dari asset suatu entitas atau pelunasan kewajibannya dari penyerahan produksi suatu barang poemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
7.      Beban adalah arus keluar atau penggunaan lain atau asset atau timbulnya kewajiban dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktifitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
8.      Keuntungan adalah peningkatan dalam ukuitas dari transaksi sampingan atau transaksi terjadi seskali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut.
9.      Kerugian adalah penurunan dalam modal dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut.
Ø Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan
Untuk mengakui atau tidak menagkui…..itulah pertanyaannya. Salah satu cara untuk melaporkan informasi keuangan adalah dengan menyatukan semua estimasi dan penilaian menjadi suatu angka dan kemudian menyatukannya untuk membuat ayat jurnal. Dan ini yang disebut Pengakuan.
Pengukuran merupahan hal yang berkaitan dengan pengakuan. Terdapat lima atribut pengukuran saat ini yang banyak digunakan dalam praktek.
1.      Biaya Historis merupakan harga setara dengan kas untuk barang dan jasa pada tanggal perolehan. Contoh tanah dan pembangunan.
2.      Biaya Pengganti Saat Ini merupakan harga yang setara dengan kas yang bisa ditrukarkan pada saat ini untuk membeli atau menggantikan barang dan jasa yanag sejenis. Contoh beberapa persediaan yang mengalami penurunan nilai sejak di peroleh.
3.      Nilai Pasar Saat Ini merupakan harga kas yang setara dengan harga yang bisa didapatkan dengan menjual aset dalam kondisi pejualan biasa. Contoh beberapa instrument keuangan.
4.      Nilai Realisasi Bersih merupakan sejumlah kas yang diharapkan akan diterima dari konversi aset dalam aktivitas bisnis normal. Contoh piutang dagang.
5.      Nilai Sekarang merupakan jumlah arus masuk kas bersih dimasa yang akan datangatau arus keluar yang didiskontokan ke nilai sekarang pada tingkat bunag yang sesuai. Contoh utang jangka panjang piutang jangka panjang.
Pelaporan kerangka kerja konseptual mengindikasikan bahwa suatu kesatuan yang lengkap dalam laporan keuangan dibutuhkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan termasuk di dalam kesatuan yang direkomendasikan dari tujuan umum laporan keuangan adalah lap[oran yang menunjukkan 1. Posisi keuangan pada akhir periode, 2.Hasil usaha (laba bersih) untuk periode yang bersangkutan, 3.Arus kas selama periode tersebut, 4.Investasi dan distribusi kepada pemilik selama periode tersebut, 5.Laba komprehensif (total perubahan modal bukan pemilik) untuk periode tersebut.
B.  Etika Profesi Dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.
Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen keuangan RI.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut (Mulyadi, 2001: 53):
Tanggung Jawab, profesi dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Didalam referensi yang lain seorang akuntan keuangan bertanggung jawab untuk: Pertama: Menyusun laporan keuangan dari perusahaan secara integral, sehingga dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak external perusahaan dalam pengambilan keputusan. Kedua: Membuat laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan IAI, 2004 yaitu dapat dipahami, relevan materialistis, keandalan, dapat dibandingkan, kendala informasi yang relevan dan handal, serta penyajian yang wajar.
Kepentingan Publik, setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmenatas profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Integritas, merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagian anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Objektivitas, setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka buruk, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Kompetensi, kompetensi mencakup tiga aspek pertama Pengetahuan Profesional adalah menunjukkan tingkat mahir keahlian profesional dalam pengetahuan akuntansi agar menjaga tetap terkini dengan perkembangan dan tren. Pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi yang berlaku dan sistem untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan. Kedua Keuangan bisa memantau dan mengumpulkan data untuk menilai akurasi dan integritas kuat dalam menganalisis data yang bertujuan untuk memastikan kepatuhan dengan standar yang berlaku dengan peraturan dan sistem pengendalian internal, menafsirkan dan mengevaluasi hasil guna mempersiapkan dokumentasi dan membuat laporan keuangan dan/atau presentasi. Ketiga: Pengambilan keputusan dengan cara penggunaan pendekatan yang efektif untuk memilih tindakan atau mengembangkan solusi yang sesuai untuk mencapai kesimpulan, mengambil tindakan yang konsisten dengan fakta-fakta yang tersedia.
Kerahasiaan, setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Perilaku Profesional, setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberikerjadanmasyarakatumum.
Standar Teknis, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
C.  Standar Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan tujuan umum dibuat untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan beragam dengan memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk penyusunan laporan keuangan ini diperlukan standar akuntansi. Penyusunan tidak mungkin untuk menjelaskan kepada pihak eksternal cara, asumsi, dan konsep-konsep dasar penyusunan laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan perlu untuk membandingkan kinerja antar-entitas, sehingga keseragaman dalam penyajian dapat memudahkan pemakai dalam membaca dan menganalisis.
Standar berfungsi memberikan acuan dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan laporan keuangan antar-entitas menjadi lebih seragam. Manajemen lebih mudah menyusunan laporan keuangan karena pedoman memberikan ketentuan cara penyusunan tersebut.
Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas:
1.      Kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan.
Kerangka konseptual berisikan tujuan, kompenen laporan, karakteristik kualitatif dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
1.    Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
PSAK berisikan pedoman untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan kompenen tertentu dalam laporan keuangan.
2.    Pengaturan terkait kompenen laporan keuangan.
Pengaturan terkait kompenen laporan keuangan secara umum berisikan definisi, pengakuan, penukuran, penyajian, dan pengungkapan.
Saat ini, hanya dua standar akuntansi yang banyak dijadikan referensi atau diadopsi di dunia yaitu International Financial Reporting Standard  (IFRS) dan US Generally Accepted Accounting Principles (US-GAAP). IFRS disusun oleh international Accounting Standard Board (IASB) sedangkan US-GAAP disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Perkembangan terakhir menunjukkan keinginan untuk menyusun satu standar akuntansi yang berkualitas secara internasional semakin menguat. Banyak negara melakukan adopsi penuh IFRS untuk dijadikan standar lokal yang berlaku di negaranya. Saat ini, sedang terjadi proses penyesuaian antara IFRS dan US-GAAP sehingga semakin sedikit perbedaan antara keduanya..
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas empat standar, sering disebut sebagai 4 Pilar Standar Akuntansi yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Standar Akuntansi Keuangan Syari’ah (SAK Syari’ah), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Masing-masing standar memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda baik dari sisi entitas, perlakuan akuntansi, dan cara menggunakannya.
*    Standar akuntansi keuangan (SAK) / IFRS
SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiunan). Standar ini mengadopsi IFRS mengingat Indonesia, melalui IAI, telah menetapkan untuk melakukan adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012.
Adopsi penuh IFRS bukan berarti Indonesia tidak memiliki standar sendiri dan menggunakan secara langsung IFRS. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tetap melakukan proses penerjemahan IFRS ke dalam bahasa Indonesia. Selain diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, DSAK juga melakukan analisis apakah IFRS dapat diterapkan di Indonesia dan sesuai dengan kondisi hukum dan bisnis yang ada. Jika diperlukan, DSAK akan membuat pengecualian dan pengurangan dari IFRS dari tiap standra yang diadopsi dapat dilihat di bagian depan PSAK yang diterbitkan. Informasi ini penting untuk pemakai sehingga dengan cepat dapat mengetahui perbedaan IFRS dan PSAK.
IFRS sebaagi standar internasional memiliki tiga ciri utama sebagai berikut:
1)    Principles-Based
Standar yang menggunakan principles-based  hanya mengatur hal-hal yang pokok dalam standar sedangkan prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepda pemakai Standar mengatur prinsip pengakuan sesuai substansi ekonomi, tidak didasarkan pada ketentuan detail dalam atribut kontrak perjanjian. Sedangkan standar yang rule based, memuat ketentuan pengakuan akuntansi secara detail. Keunggulan pendekatan ini akan menghindari dibuatnya perjanjian atau transaksi mengikuti peraturan dalam konsep pengakuan. Penyusunan laporan keuangan dapat merancang suatu transaksi sehingga dapat diakui secara akuntansi tersebut. Namun, standar yang bersifat principles based mengharuskan pemakaiannya untuk membuat penilaian (judgment) yang tepat atas suatu transaksi untuk menentukan substansi ekonominya dan menentukan standar yng tepat untuk transaksi tersebut.
2)    Nilai Wajar
Standar akuntansi banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair value). Penggunaan nilai wajar untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan nilai terkini. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep harga perolehan yang mendasarkan penilaian pada nilai perolehan pertama (histirical cost). Banyak pengakuan akuntansi saat ini yang dasar penilaiannya masih menggunakan historical cost. IFRS membuka peluang penggunaan nilai wajar yang lebih luas dan untuk beberapa item, seperti aset tetap dan aset tak berwujud, dibuka  opsi penggunaan nilai wajar selain perolehan. Nilai Wajar lebih relevan namun harga perolehan diyakini lebih raliabel.
3)    Pengungkapan
Mengharuskan lebih banyak pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan. Pengungkapan diperlukan agar pengguna laporan keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan dan perlu diketahui terkait dengan apa yang dicantumkan dalam laporan keuangan dan kejadian penting yang terkait dengan item tersebut. Pengungkapan dapat berupa kebijakan akuntansi, rincian detail, penjelasan penting, dan komitmen.

*    Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Standar ini mengadopsi IFRS untuk small medium enterprise (SME) dengan beberapa penyederhanaan.
Standar ETAP lebih sederhana dan tidak banyak perubahan dari praktik akuntansi yang saat ini berjalan. Contoh penyederhanaan dalam standar ETAP adalah sebagai berikut:
1.      Tidak ada laporan laba rugi komprehensif. Pengaruh laba komprehensif disajikan dalam laporan perubahan ekuitas atau kompenen ekuitas dalam neraca.
2.      Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud , dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar.
3.      Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan, beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Etintas yang menggunakan SAK ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan laporan keuangan entitas telah sesuai dengan SAK ETAP. Pengguna SAK ETAP akan memudahkan entitasyang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan menyusun laporan keuangan karena SAK ETAP lebih mudah dan sederhana. Namun, beberapa pihak berpendapat pengguanaan istilah ETAP memberikan kesan bahwa entitas tidak memiliki akuntabilitas. Padahal semua entitas pasti memiliki akuntabilitas pada publik namun tingkat akuntabilitasnya berbeda.
Standar ini efektif dapat digunakan untuk laporan keuangan tahun 2009. Entitas yang memenuhi kriteria mengggunakan ETAP pada tahun 2011 harus memilih mengggunakan SAK ETAP atau PSAK. Jika pada tahun 2011 tetap menggunakan PSAK maka pada tahun berikutnya harus konsisten menggunakan PSAK dan tidak boleh berubah menggunakan SAK ETAP.
*    Standar Akuntansi Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah adalah standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau entitas berbasis syariah. Standar akuntansi syariah terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,salam,ijarah dan istishna. Standar ini merupakan standar yang dikembangkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (DSAK Syariah).
Bank syariah menggunakan dua standar dalam penyusunan laporan keuangan. Sebagai entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.
*    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAP adalah standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. SAP berbasis akrual ditetapakn dalam Peraturan Pemerintahan No.71 Tahun 2010. Peraturan Pemerintahan ini sudah berlaku namun instansi pemerintah masih diperkenankan menggunakan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 SAP berbasis kas menuju akrual, sampai dengan tahun anggaran 2014.
SAP berbasis menuju akrula, menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan realisasi angaran dan mengguanakan basis akrual untuk penyusunan neraca. Dalam SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas. Laporan opersional yang melaporkan kinerja entitas disusun dengan menggunakan basis akrual.
D.  Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan
Kerangka konseptual merupakan konsep-konsep yang menjadi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum. Kerangka konseptual digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan peemasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada.
Tujuan kerangka konseptual akuntansi keuangan:
a.       Penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya.
b.      Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam stamdar akuntansi keuangan.
c.       Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
d.      Para pemakai dalam mensfsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Kerangka konseptual PSAK mengadopsi langsung conceptual framework IAS. Bahkan PSAK mencantumkan kerangka konseptual dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, agar pembaca yang tidak memahami versi bahasa Indonesia dapat langsung melihat referensi bahasa Inggrisnya. Krangka konseptual menurut IFRS cukup berbeda dengan kerangka konseptual versi US-GAAP. Saat ini, IASB dan FASB sedang merumuskan satu kerangka yang berlaku secara internasional.
Kerangka konseptual bukaan merupakan standar akuntansi keuangan. Dalam hal terjadi pertentangan antara ketentuan standar akuntansi keuangan dengan ketentuan dalam rangka konseptual, maka ketentuan dalam standar akuntansi keuangan diunggulkan. Penyusun standar menggunakan kerangka konseptual ini sebagai acuan sehingga diharapkan konfloik antara standar dan kerangka konseptual akan berkurang dengan berlaluny waktu. Sebagai contoh, kerangka konseptual menggunakan konsep harga perolehan dalam mencatat nilai aset, namun dalam PSAK 19 Aset Takberwujud menyatakan bahwa pengakuan nilai aset takberwujud dari kegiatan pengembangan internal dilakukan setelah memenuhi kriteria tertentu. Berdasarkan konsep tersebut biaya-biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya tidak dikapitalisasi sehingga nilai aset takberwujud tidak mencerminkansubtansi ekonomi nilai perolehan dari aset tak berwujud tersebut.
Kerangka konseptual menurut PSAK terdiri atas:
1.    Pengguna laporan keuangan.
2.    Tujuan laporan keuangan.
3.    Asumsi dasar.
4.    Karakteristik kualitatif.
5.    Konsep pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan.
6.    Konsep pemeliharaan modal.
Kerangka konseptual menjadi dasar penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum, termasuk laporan keuangan konsolidasian. Laporan keuangan disusun sekuran-kurangnya satu tahun sekali. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses palaporan keuangan dalam suatu entitas. Kerangka konseptual inin berlaku untuk semua jenis entitas komersial baik sektor publik maupun sektor swasta kecuali instansi pemerintahan dan ETAP mengacu pada SAK ETAP.
Pemahaman tentang landasan teoritis atau kerangka konseptual akuntansi sebagai suatu bangunan ilmiah menjadi sangat penting, karena dengan memahami kerangka konseptual akuntansi dapat diperoleh pemahaman substansi akuntansi sebagai bangunan ilmiah dengan jalan memahami definisi yang luas mengenai tujuan, terminologi, asumsi-asumsi dasar, konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari implementasi dan hambatan-hambatan dalam implementasi, serta metode-metode dan tekik-teknik  perhitungan dalam akuntansi.
Bagan Struktural Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan
Tujuan Laporan Keuangan



Elemen Laporan Keuangan:
1.      Neraca
2.      Laporan Laba-Rugi
3.      Laporan Perubahan ekuitas
4.      Laporan Arus Kas
5.      Catatan atas Laporan keuangan
Karakteristik Laporan Keuangan :
·         Karakteristik Khusus
·         Karakteristik Umum
·         Karakteristik Kualitatif
                                                      



 



Kriteria Pengakuan dan Pengukuran
Asumsi-asumsi
Prinsip-prinsip
Hambatan-hambatan
1)    Economic entity
2)    Going Concern
3)    Monetary Unit
4)    periodicity
1)    Historical Cost
2)    Revenue Recognition
3)    Matching
4)    Diclosure
5)    Objectivity
6)    Consistency
7)    Concervatism
8)    Materiality
1)    Cost – Benefit
2)    Materiality
3)    Industry Peculiarities
4)    Consistency

Kerangka konseptual akuntansi keuangan diperlukan agar:
1.    Praktik akuntansi diimplementasikan berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum/GAAP (General Accepted Accounting Principle).
2.    Membantu praktik akuntansi di masa yang akan datang untuk dapat menyerap berbagai perkembangan terbaru dari kegiatan bisnis yang semula belum diatur dalam prinsip dan standar perlakuan akuntansi, dengan memberikan referensi dan analogi untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan akuntansi yang timbul karena perkembangan bisnis. Dengan begitu prinsip dan standar, serta metode dan teknik perhitungan akuntansi dapat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dunia bisnis.
3.    Bermanfaat bagi praktisi dalam memberikan dasar pemikiran pemilihan alternatif-alternatif dari berbagai metode atau teknik perhitungan yang tersedia yang sesuai dengan karakteristik transaksinya.
4.    Mendefinisikan batas-batas akuntansi dengan memberikan definisi mengenai tujuan dasar, istilah penting, serta konsep-konsep dasar.
5.    Memberikan penjelasan mengenai praktek yang ada maupun kerangka referensi untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum dicakup dalam prinsip-prinsip akuntansui yang berlaku umum (GAAP)
6.    Membantu para akuntan dan pihak-pihak lain untuk memilih alternatif metode pelaporan yang lebih mewakili realitas situasi ekonomi.
E. Penjelasan dan Penerapan Konsep Pengakuan Pendapatan
Suatu konvensi utama yang digunakan akuntan untuk mengukur laba menurut dasar akrual adalah pengakuan pendapatan, yang artinya pengujian untuk menentukan apakah pendapatan harus dicatat dalam laporan keuangan periode tertentu. Untuk diakui, pendapatan harus memenuhi dua kriteria:
1.    Dihasilkan. Untuk pendapatan yang akan dihasilkan, barang atau jasa harus secara penuh diserahkan. Bukti untuk hal itu biasanya berupa pengiriman kepada pelanggan.
2.    Direalisasikan. Pendapatan direalisasikan ketika kas atau klaim diterima dalam pertukaran dengan barang dan jasa. Bukti yang biasa adalah transaksi pasar dimana pembeli membayar atau berjanji untuk membayar kas dan penjual mengirim barang dagang atau jasa. Jika kas tidak diterima secara langsung, mungkin penagihan kas harus dijamin dengan layak.
Pengakuan pendapatan untuk kebanyakan perusahaan eceran seperti Wal-Mart, Safeway, dan McDonald’s adalah terbuka. Pendapatan dihasilkan dan direalisasikan pada nilai penjualan. Untuk perusahaan lain, pendapatan mungkin diterima dan direalisasikan pada waktu yang berbeda. Ketika ini terjadi, pengakuan pendapatan ditunda sampai peristiwa berikutnya. Lihatlah contoh-contoh berikut ini:
·       Newsweek menerima uang iuran dimuka. Pendapatan direalisasikan ketika uang iuran diterima, tetapi tidak dihasilkan sampai pengiriman setiap edisinya.
·       Suatu perusahaan real estate “menjual” lahan digurun Arizona secara mencicil tanpa investigasi kredit. Sering ketika pembayaran mengalami kemacetan, pengakuan pendapatan ditunda sampai kas diterima.

F. Contoh Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Pada Kontrak Bertahap

Contoh Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Pada Kontrak Bertahap

JAK adalah kontraktor.Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:
Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB menunjukan angka Rp 7,500,000,000).
Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28 Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:
·       Akhir Semester I 2012 : 10%
·       Akhir Semester II 2012: 30%
·       Akhir Semester I 2013: 50%
·       Akhir Semester II 2013: 70%
·       Akhir Semester I 2014: 90%
·       28 Desember 2014: 100%
Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.
Menerapkan ‘Metode Persentase Penyelesaian’ memang bukan sesuatu yang mudah. Tapi saya akan pandu melalui contoh kasus ini.
Kita mulai dengan menganalisa isi kontraknya:
·       Apakah unsur legalitas sudah terpenuhi? Sudah. Itu artinya unsur kepastian sudah terpenuhi.
·       Apakah kontrak sudah memuat rincian rencana penyelesaian dan syarat ketentuan pembayaran? Sudah. Itu artinya unsur ‘dapat diestimasi secara andal’ sudah terpenuhi.
Jika diterjemahkan ke dalam estimasi maka rencana biaya dan pendapatan JAK atas kontrak dengan PT. ABC akan menjadi sebagai berikut:
* Untuk Estimasi Laba = Estimasi Pendapatan – Estimasi Biaya Kontrak.
Apakah perhitungan estimasi di atas sudah bisa dijurnal?
Meskipun PSAK menyatakan bahwa: “Pendapatan dan Biaya diakui sepanjang dapat diestimasi secara handal”, sebagai orang yang tahu pelaksanaannya dilapangan, tetap saja tidak ada anjuran untuk hal itu saya. Terlalu berbahaya. Bagaimanapun juga, estimasi tetaplah estimasi belum kejadian yang sesungguhnya.
Apalagi PSAK 34, Paragraf 38 juga menyebutkan:
“Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi terhadap estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak.”
Oleh sebab itu, tetap dianjurkan agar: pendapatan diakui hanya jika sudah 99% pasti terjadi.
Pertanyaannya: Kapan ‘99% pasti terjadi’ itu?
Melihat isi kontrak PT. JAK dengan PT. ABC dalam contoh kasus ini, 99% pasti itu terjadi apabila perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai persisnya setelah inspeksi lapangan dilakukan.
Tentu.Prinsip kesesuaian (matching principle) akuntansi memandatkan agar setiap pengakuan biaya harus bisa dihubungankan dengan pendapatan yang timbul. Itu artinya, segala biaya (material yang dipergunakan, upah buruh yang dibayarkan, dan lain sebagainya) yang terjadi sebelum penilaian perkembangan hasil pekerjaan dilakukan, untuk sementara tidak diakui sebagai biaya, melainkan diakumukasikan ke dalam satu akun khusus yang biasa diberi nama ‘Pekerjaan Dalam Proses (Work-In-Progress)’ yang nantinya akan masuk ke dalam kelompok Aktiva (aset) di Neraca.
Mengapa demikian? Karena jika dipaksakan masuk biaya, Laporan Laba Rugi akan terlihat aneh, yang muncul hanya biaya-biaya, sementara tidak ada pendapatannya. Matching principle jadi tidak terpenuhi!
Misalnya: Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen, pasir, kapur, batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Atas pembelian ini tidak dicatat sebagai biaya melainkan diakumulasikan ke dalam akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’, dengan jurnal:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000
[Kredit]. Utang – Toko Rejeki = Rp 25,000,000
Catatan: Selanjutnya, setiap pengeluaran terkait dengan proses konstruksi atas kontrak tersebut dimasukan ke dalam akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’. Sekalilagi ini bukan biaya, melainkan aset (aktiva).
Katakanlah tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah buruh bangunan sebesar Rp 50,000,000. Inipun diakumulasikan ke dalam akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ dengan jurnal:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000
Bagaimana laporan keuangan PT. JAK di akhir Januari 2012?
Jika mengikuti PSAK 34, maka estimasi pendapatan dan estimasi biaya PT. JAK sudah bisa dijadikan dasar untuk melakukan pengakuan pendapatan dan biaya. Sehingga akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ sudah bisa dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 75,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 75,000,000
(Catatan: Dengan jurnal ini, maka saldo akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ akan menjadi nol dan timbul saldo baru di akun ‘Biaya Kontrak Konstruksi’).
Bagaimana pengakuan pendapatannya? Diproporsionalkan. Dihitung dengan menggunakan rasio perbandingan antara biaya yang sungguh-sungguh terjadi dengan estimasi biaya tahap pertama. Dalam contoh kasus ini:
= Kenyataan Biaya/Estimasi Biaya sampai Akhir Semester I 2012
= Rp 75,000,000/750,000,000 = 1%
Pendapatan yang diakui = 1% x Estimasi Pendapatan sampai Akhir Semester I 2012
Pendapatan yang diakui = 1% x Rp 1,000,000,000 = Rp 100,000,000.
Jurnal pengakuan pendapatannya menjadi:
[Debit]. Piutang – PT. ABC = Rp 100,000,000
[Kredit]. Pendpatan = Rp 100,000,000
Sehingga besarnya laba yang diakui untuk januari 2012 adalah 100,000,000 – 75,000,000 = Rp 25,000,000
Pengakuan pendapatan berdasarkan estimasi, meskipun legalitasnya sudah jelas, tetap terlalu berbahaya.Untuk itu, tetap dianjurkan agar tidak melakukan pengakuan pendapatan sampai 99% pasti terjadi.
Jika demikian, bagaimana dengan laporan keuangan di akhir Januari 2012?  praktis tidak ada biaya juga tidak ada pendapatan.Yang ada hanya perubahan posisi akun-akun di Neraca.
·       Apakah itu boleh?Boleh, karena pada kenyataannya PT. JAK belum ada pendapatan
·       Kenapa tidak buat Laporan Laba Rugi dengan membukukan rugi saja?Ya untuk apa?
·       Bagaimana dengan pengeluaran-pengeluaran selama ini (pembelian bahan bangunan, upah tukang, dll?Semua itu dianggap sebagai aktivitas untuk memupuk aset (aktiva), oleh karenanya telah dicatat di akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’
Keadaan seperti itu akan terus berlangsung hingga pembayaran pertama diperoleh dari PT. ABC.
G. Standard Akuntansi Keuangan 1994
Standart Akuntansi Keuangan 1994 dinyatakan :
“Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagangan dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 16, dimana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan (lihat pernyataan SAK No. 23 tentang pendapatan)”.
BAB III PENUTUP

A.  Kesimpulan
Untuk mengembangkan ekonomi kedepannya, diharapkan sarjana ekonomi bisa ditangguhkan untuk menyumbangkan ide dan gagasannya. Selain itu, kemampuan yang mumpuni dalam bidangnya yakni ekonomi itu sangat diperlukan. Terlebih dikhususkan pada akuntansi keuangan, karena sangat dibutuhkan untuk menghitung keuangan sebuah perusahaan. Dalam akuntansi keuangan, yang paling penting adalah bagaimana cara menyusun laporan keuangan. Untuk menyusunnya ada kerangka dasar penyusunan laporan keuangan, sehingga diperlukan ruang lingkup akuntansi keuangan, etika profesi dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi dan lembaga penyusunan standar: IFRS, PSAK, kerangka konseptual akuntansi keuangan, penjelasan dan penerapan konsep pengakuan pendapatan, dan contoh berbagai sumber pendapatan perusahaan, dan standard terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafi’i Syakur. 2009. Intermediate Accounting Dalam Perspektif Lebih Luas. Jakarta: PT. AV Publisher
Yang lain cari sendiri ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar