DASAR-DASAR
TEOLOGI ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teologi
Islam”
Dosen
: Firman Setiawan,S.Hi,M.Ei
Oleh:
Ulfatun
Nazilah (120721100096)
PRODI
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS
ILMU-ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ‘dasar-dasar teologi’ ini. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
teologi islam, makalah ini juga bisa menjadi penunjang bagi mahasiswa dalam
mata kuliah teologi islam khususnya tentang dasar-dasar teologi.
Makalah ini mengulas
sedikit tentang dasar-dasar teologi, yang sub pokok bahasannya meliputi makna
iman kepada Allah, sifat wajib bagi Allah, sifat muhal bagi Allah, dan sifat
jaiz bagi Allah .Kami menyadari bahwa dalam makalah ini tentunya masih terdapat
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca dan pakar
teologi islam dimohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun demi
kesempurnaan isi makalah ini.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak atas bantuan dan kerja samanya demi selesainya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak baik para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amien....Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh
Bangkalan, 10 maret
2013
Penulis,DAFTAR
ISIHALAMAN JUDUL
KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASANA. Makna iman kepada Allah
B. Sifat wajib bagi Allah
C. Sifat muhal bagi Allah
D. Sifat jaiz bagi Allah
BAB III PENUTUPA.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA BAB
I PENDAHULUANA.
LATAR BELAKANG
Ilmu kalam merupakan objek kajian berupa ilmu
pengetahuan dalam agama islam yang dikaji dengan menggunakan dasar berfikir
berupa logika dan dasar kepercayaan pribadi atau suatu golongan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan akan eksistensi atau keberadaan Tuhan, bagaimana Tuhan,
seperti apa wujudnya Tuhan, dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya yang
berhubungan dengan Tuhan.Dalam pembahasan kali ini, kami akan membahas
tentang makna iman kepada Allah, sifat wajib bagi Allah, sifat muhal bagi Allah
dan sifat jaiz bagi Allah. Makalah ini ditulis dengan harapan mudah-mudahan
dapat memberikan efek positif kepada kita yang tengah menjalani teologi islam
ini. Dengan pembahasan yang sederhana ini mudah-mudahan dapat membantu kita
untuk memberikan suatu motivasi dan pemahaman untuk kita dalam menjalani hidup
dan kehidupan beragama kita sekarang hingga akhir nanti.B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan
masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini antara lain:1.
Apa makna iman kepada Allah SWT?
2.
Apa saja sifat wajib bagi Allah SWT?
3.
Apa saja sifat mustahil bagi Allah SWT?
4.
Apa sifat jaiz bagi Allah SWT?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk:1.
Mengetahui makna iman kepada Allah SWT
2.
Mengetahui sifat wajib bagi Allah SWT
3.
Mengetahui sifat muhal bagi Allah SWT
4.
Mengetahui sifat jaiz bagi Allah SWT
BAB
II PEMBAHASAN1. MAKNA IMAN KEPADA ALLAH SWT
Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok
dari keimanan, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik
segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan
Dialah satu-satunyayang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua
sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada
selain-Nya adalah kebatilan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj
ayat 62:“(kuasa Allah)yang demikian
itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)yang Haq dan sesungguhnya
apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya
Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang
sempurna dan mulia, tersucikan dari segala kekurangan dan cacat. Ini merupakan
perwujudan tauhid yang tiga, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid
asma’ wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga macam tauhid ini, karena
makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang keesaan Allah
Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan sifat-Nya.Iman kepada Allah mencakup 4 perkara:1. Iman
tentang keberadaan(wujud) Allah
2. Iman
tentang keesaan Allah dalam rububiyah
3. Iman
tentang keesaan Allah dalam uluhiyah
4. Iman
terhada asma’(nama) dan sifat-Nya.
Keimanan yang benar harus mencakup 4 hal
diatas, barang siapa yang tidak beriman kepada salah satu saja maka dia bukan
seorang mukmin.Iman terhadap rububiyah maksudnya Allah
adalah satu-satunya Rabb yang tidak mempunyai sekutu. Rabb adalah Dzat yang
berwenang mencipta, memiliki, dan memerintah. Tiada yang dapat mencipta selain
Allah, tiada yang memiliki selain Allah, serta tiada yang berhak memerintah
kecuali Allah, seperti firman-Nya dalam surat Al-A’rof ayat 54.Tidak ada satupun dari makhluk yang
mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali karena sombong. Namun sebenarnya ia
tidak meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’un
yang mengatakan kepada kaumnya, seperti dalam surat An-Nazi’at ayat 24 dan
surat Al-Qashash ayat 38. Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal
dari keyakinan. Allah berfirman dalam surat An-Naml ayat 14 yang artinya: dan mereka mengingkarinya karena kezaliman
dan kesombongan(mereka) padahal hati mereka meyakini(kebenaran)nya. Maka
perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.”Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh
Rasulullah SAW juga mengakui rububiyah Allah, namun mereka menyekutukan-Nya
dalam uluhiyah. Allah berfirman dalam surat Az-Zukhruf ayat 87 yang artinya:”dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka:” siapa yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:”Allah”, maka bagaimanakah
mereka dapat dipalingkan(dari menyembah Allah). Dengan demikian beriman
dengan rububiyah saja tidak cukup. Buktinya kaum musyrikin tetap diperangi oleh
Rasulullah SAW, sedang mereka mengakui tentang rububiyah Allah.Kita harus beriman terhadap tauhid uluhiyah
atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatannya kepada Allah
dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk. Adapun yang
dimaksud tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya Allah
satu-satunya yang berhak diibadahi. Seperti firman Allah dalam surat Luqman
ayat 30. Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini. Karena
itulah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka,
sebagaimana Allah jelaskan dalam surat Al-Anbiya’ ayat 25. Antara tauhid
rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Tauhid uluhiyah terkandung didalamnya
tauhid rububiyah, maksudnya jika seseorang mengimani tauhid uluhiyah pasti ia
mengimani tauhid rububiyah.Iman kepada Asma’(nama) dan Sifat Allah
maksudnya adalah pengesaan Allah SWT dengan asma’ dan sifat yang menjadi
milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian artinya
kita harus menetapkan seluruh asma’ dan sifat bagi Allah sebagaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya dan sunnah nabi-Nya, dan tidak
menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam asma’ dan sifat-Nya. Hal ini
ditegaskan Allah dalam firman-Nya disurat Asy-Syuuro ayat 11 yang artinya:”tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya,
dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Mengenai
dasar-dasar dan ruang lingkup ilmu kalam adalah Al-Qur’an, hadits, pemikiran
manusia dan insting. Cara pembahasan Ilmu Tauhid ada dua metode yaitu:
1.
Menggunakan
dalil naqli, sebagaimana penegasan Allah dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.
Keesaan Allah SWT tidak hanya pada dzat-Nya tapi juga pada sifat dan af’al-Nya.
2.
Menggunakan
dalil aqli untuk menghindari keyakinan yang didasarkan atas taklid saja karena
ulama’ telah sepakat melarang taklid. Al-Qur’an pun mengkritik orang yang
bersika taklid yakni dalam surat Al-Maidah ayat 104.
Dalam
hukum akal dijelaskan apabila kita menerima suatu keterangan, maka akal kita
tentu akan menerima dengan salah satu pendapat atau keputusan hukum, seperti:1. Membenarkan dan mempercayainya(wajib aqli)
2. Mengingkari dan tidak mempercayainya(muhal
atau mustahil)
3. Memungkinkan(jaiz)
Adapun dalam hal keyakinan, teori keyakinan
membagi tipe keyakinan ada tiga, yaitu:1.
Keyakinan
itu ada dua, sentral dan periferal,
2.
Makin
sentral sebuah keyakinan, ia makin dipertahankan untuk tidak berubah,
3.
Jika
terjadi perubahan pada keyakinan sentral, maka sistem keyakinan yang lainnya
akan ikut berubah.
Berdasarkan keterangan diatas, tidak salah
jika banyak perbedaan pandangan di berbagai aliran teologi islam, termasuk
pemahaman mereka tentang konsep iman dan kufur. Menurut berbagai literatur yang
ada, mereka acapkali lebih dititik beratkan pada satu aspek saja dari dua term,
yaitu iman dan kufur. Ini dapat dipahami sebab kesimpulan tentang konsep iman
nila dilihat kebalikannya juga berarti kesimpulan tentang konsep kufur.Menurut Hassan Hanafi, ada empat istilah
kunci yang biasanya digunakan oleh para teolog islam dalam membicarakan konsep
iman, yaitu:1.
Ma’rifah
bi al aql, (mengetahui dengan akal)
2.
Amal,
perbuatan baik atau patuh
3.
Iqrar,
pengakuan secara lisan, dan
4.
Tashdiq,
membenarkan dengan hati termasuk pula didalamnya ma’rifah bi al qalb(mengetahui
dengan hati). Keempat
istilah kunci diatas misalnya terdapat dalam hadits Nabi SAW.yang diriwayatkan
oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri:
Artinya :”Barang
siapa diantara kalian yang melihat(ma’rifah) kemunkaran,hendaklah mengambil
tindakan secara fisik. Jika engkau tidak kuasa, lakukanlah dengan ucapanmu.
Jika itupun tidak mampu, lakukanlah dengan kalbumu. (Akan tetapi yang terakhir)
ini merupakan iman yang paling lemah.”(H.R.Muslim)A. Aliran
Khawarij
Sebagai
kelompok yang lahir dari peristiwa politik, pendirian teologis khawarij
_terutama yang berkaitan dengan iman dan kufur_ lebih bertendensi politik
ketimbang ilmiah-teoritis. Iman dalam pandangan khawarij, tidak semata-mata
percaya kepda Allah. Mengerjakan segala perintah kewajiban agamajuga merupakan
bagian dari keimanan. Segala perbuatan
yang berbau religius, termasuk didalamnya masalah kekuasaan adalah bagian dari
keimanan (al amal jiz‘un al iman). Dengan demikian siapapun yang menyatakan
dirinya beriman kepada Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya, tetapi
tidak melaksanakan kewajiban agama dan malah melakukan perbuatan dosa, ia
dipandang kafir oleh khawarij. Lain
halnya dengan subsekte khawarij yang sangat moderat, yaitu ibadiyah. Subsekte
ini memiliki pandangan bahwa setiap pelaku dosa besar tetap sebagai
muwahhid(yang mengesakan Tuhan), tetapi bukan mukmin. Pendeknya mereka tetap
disebut kafir tetapi hany amerupakan kafir nikmat dan bukan kafir
millah(agama). Siksaan yang akan mereka terima
diakhirat nanti adalah kekal didalam neraka bersama orangorang kafir lainnya.A. Aliran
murji’ah
Berdasarkan
pandangan mereka tentang iman, Abu Hasan Al-Asy’ari mengklasifikasikan aliran
teologi murji’ah menjadi 12 subsekte yaitu: Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah,
Asy-Syimriyah, As-Saubaniyah, An-Najjariyah, Al-Kailaniyah bin Syabib dan
pengikutnya, Abu Hanifah dan pengikutnya, At-Tumaniyah, Al-Marisiyah, dan
Al-Karramiyah. Sementara Harun Nasution dan Abu Zahrah membedakan Murji’ah
menjadi dua kelompok utama yaitu Murji’ah moderat(Murji’ah Sunnah) dan Murji’ah
ekstrim(Murji’ah bid’ah).
Untuk memilah subsekte ekstrim dan moderat, Harun Nasution menyebutkan bahwa
yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak didalam
kalbu. Ucapan dan perbuatan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada didalam
kalbu. Oleh karena itu segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang
dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan
keimanannya masih sempurna dalam pandangaan Tuhan. Iqrar dan amal bukanlah
bagian dari iman.Sementara
yang moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah
kafir. Meskipun disiksa dineraka ia tidak kekal didalamnya, bergantung kepada
dosa yang dilakukannya. Walaupun demikian, masih terbuka kemungkinan bahwa
Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga bebas dari siksa neraka.
Iqrar bagian dari iman, disamping tashdiq(ma’rifah). Subsekte Murji’ah kecuali As-Saubaniyah,
At-Tuminiyah, dan Al-Karramiyah memasukkan unsur ma’rifat dalam konsep iman
mereka.karena mereka beranggapan bahwa ma’rifah adalah cinta kepada Tuhan dan
tunduk kepada-Nya(al-mahabbah wa al-khudu).B. Aliran
Mu’tazilah
Menurut
mereka amal perbutan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep iman,
bahkan hampir mengidentikkannya dengan iman. Harun Nasution menjelaskan bahwa
menurut mereka, segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantara akal dan
segala kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam. Dengan
demikian menurut mereka, iman seseorang dapat dikatakan benar apabila
didasarkan pada akal bukan karena taqlid pada orang lain.Aliran
ini juga berpendapat bahwa manakala seseorang meningkatkan dan melaksanakan
amal kebaikannya, imannya semakin bertambah. Setiap kali berbuat maksiai,
imannya semakin berkurang. C. Aliran
Asy’ariyah
Dalam
hal ini Abu Hasan Al-Asy’ari mendefinisikan iman secara berbeda-beda. Dalam
karyanya maqalat dan al-ibanah disebutkan bahwa iman adalah qawl dan amal dapat
berkurang dan bertambah. Sedangkan dalam al-luma, iman diartikan sebagai
tashdiq bi Allah. Dengan demikian menurut beliau iman adalah tashdiq bi
al-qalb(membenarkan dengan hati).Diantara
definisi iman yang diinginkan Al-Asy’ari dijelaskan oleh As-Syahrastani, salah
satu teolog Asy’ariyah. As-Syahrastani menulis:”Al-Asy’ari berkata:”...iman(secara esensial)adalah tashdiq bi al-jannah(membenarkan
dengan kalbu). Sedangkan mengatakan (qawl) dengan lisan dan melakukan berbagai
kewajiban utama(amal bi al-arkan) hanyalah merupakan furu’(cabang-cabang) iman.
Oleh sebab itu, siapa pu yang membenarkan keesaan Tuhan dengan kalbunya dan
juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka bawa darinya, iman
orang semacam itu merupakan iman yang sahih... Dan keimanan seseorang tidak
akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.” D. Aliran
Maturudiyah
Aliran
Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan
semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian ini sebagai bantahan terhadap
Al-Karamiyah, salah satu subsekte Mur’jiah. Ia berargumentasi dengan ayat
Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 14. Ayat ini dipahami sebagai penegasan bahwa
keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan semata tanpa diimani pula
dengan kalbu. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman,
menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidahAliran
Maturidiyah Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda. Al-Bazdawi menyatakan
bahwa iman tidak dapat berkurang, tetapi bisa bertambah dengan adanya ibadah
yang dilakukan.2.SIFAT WAJIB BAGI ALLAHSifat wajib bagi Allah adalah sifat-sifat
yang pasti dimiliki oleh Allah atau sifat yang wajib ada pada Allah. Diantara
sifat wajib bagi Allah yaitu:15.
Wujud artinya Ada. Dalilnya:1.
Qidam
artinya Terdahulu.
2.
Baqa’
artinya Kekal.
3.
Mukhalafatuhu
lil hawaditsi artinya Berbeda dengan makhluk-Nya(ciptaan-Nya).
4.
Qiyamuhu
binafsihi artinya Berdiri sendiri.
5.
Wahdaniyah
artinya Esa.
6.
Qudrat artinya
Kuasa.
7.
Iradat
artinya Berkehendak.
8.
‘Ilmu
artinya Mengetahui.:
9.
Hayat
artinya Hidup.
10. Sama’ artinya Mendengar.
11. Bashar artinya Melihat.
12. Kalam artinya Berfirman.
13. Qadiran artinya Maha Kuasa.
14. Muridan artinya Maha Berkehendak.
15. ‘Aliman artinya Maha Mengetahui.
16. Hayyan artinya Maha Hidup.
17. Sami’an artinya Maha Mendengar.
18. Bashiran artinya Maha Melihat.
19. Mutakalliman artinya Maha Berfirman.Dalam
hal ini terdapat banyak pertentangan
antara kaum Mu’tazilah dan Asy’ariyah, persoalannya apakah Allah
mempunyai sifat atau tidak. Jika Tuhan mempunyi sifat-sifat itu mestilah kekal
seperti halnya dengan dzat Tuhan. Dan selanjutnya jika sifat-sifat itu kekal,
maka yang bersifat kekal bukanlah satu, tetapi banyak. Tegasnya, kekalnya
sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang kekal. Dan ini selanjutnya
membawa pula kepada paham syirik atau polytheisme. Suatu hal yang tak dapat
diterima dala teologi.
Mu’tazilah
mengatakan Tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka tentang Tuhan sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Asy’ari , bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai
pengetahuan, kekuasaa, hajat dan sebagainya, namun bukan berarti tidak
mengetahui, tidak kuasa, tidak hidup dan lain sebagainya. Tuhan tetap
mengetahui, tapi bukan sifat dalam arti sebenarnya. Kata Abu Huzail “Tuhan
mengetahui dengan perantara pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan itu
sendiri”, yaitu dzat atau esensi Tuhan. Dari hal, banyak penafsiran yang
berbeda dari kalangan Mu’tazilah, namun meraka sepakat bahwa Tuhan tidak punya
sifat.Kaum
Asy’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan paham Mu’tazilah diatas.
Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat, namun bukan berarti
sifat-Nya itu adalah Tuhan. Menurut mereka “sifat” mengandung arti tetap, kekal
dan kuat, sedangkan keadaan mengandung arti berubah dan lemah.Kaum
Maturidiyah golongan Bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat.
Golongan Samarkand dalam hal ii kelihatannya tidak sepaham dengan Mu’tazilah
karena Al-Maturidiyah mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak
lain dari Tuhan.3.SIFAT YANG MUHAL BAGI ALLAH Sifat muhal atau mustahil bagi Allah
adalah sifat-sifat yang pasti tidak dimiliki oleh Allah dan wajib tidak ada
pada Allah. Diantara sifat yang muhal bagi Allah yaitu:1.
‘Adam
artinya tidak ada
2.
Hudus
artinya baru
3.
Fana’
artinya rusak
4.
Mumatsalatuhu
lil hawaditsi artinya sama dengan makhluk yang lain atau hal yang baru
5.
Ihtiyajuhu
lighairihi artinya membutuhkan makhluk lain
6.
Ta’addud
artinya berjumlah
7.
‘Ajzun
artinya lemah
8.
Karahah
artinya terpaksa
9.
Jahlun
artinya bodoh
10. Mautun artinya mati
11. Summun artinya tuli
12. ‘Umyun
artinya buta
13. Bukmun artinya bisu
14. ‘Ajizan artinya mahalemah
15. Mukrahan artinya mahaterpaksa
16. Jahilan artinya mahabodoh
17. Mayyitan artinya mahamati
18. Ashamma artinya mahatuli
19. A’ma artinya mahabuta
20. Abkama artinya mahabisu
4.
SIFAT YANG JAIZ BAGI ALLAH
Sifat
yang jaiz bagi Allah adalah sifat yang mungkin boleh dimiliki dan boleh tidak
dimiliki oleh Allah SWT. Sifat jaiz Allah hanya satu yaitu fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang
mungkin terjadi atau tudak memperbuatnya. Maksudnya Allah berwenang untuk
menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak, sesuai dengan kehendak-Nya. BAB
III PENUTUPA.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa
dalam memahami pembahasan ilmu Tauhid ada banyak perbedaan penalaran dari para
aliran teolog. Utamanya dalam persoalan iman dan kufur, Allah mempunyai sifat
atau tidak, dan lain sebagainya. Bagi mereka yang meyakini bahwa Allah mempunyai
sifat, mereka menyepakati bahwa orang mukmin wajib mengetahui apa sajaa sifat
wajib bagi Allah yang 20, sifat yang muhal bagi Allah yang 20 dan sifat yang
jaiz bagi Allah yang 1. Serta juga harus mengetahui sifat wajib bagi Rasul yang
4, sifat yang muhal bagi Rasul yang 4, dan sifat yang jaiz bagi Rasul yang 1.
Jadi semuanya berjumlah 50 sifat yang wajib diketahui oleh orang mukmin.B.
SARAN
Kita sebagai orang yang beriman harus
mengetahui sifat-sifat yang 50 itu. Walaupun terdapat banyak perbedaan pendapat
dalam beberapa hal yang disebabkan karena berbeda penalaran dari para aliran
teolog, jangan sampai kita membingungkan diri, Caranya dengan mengikuti
pendapat yang menurut akal kita bisa diterima. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat, AmienDAFTAR
PUSTAKA1.(Al-Irsyaad ilaa shahiihil I’tiqaad,Syaikh
Sholeh al Fauzan)2.(Syarh Al ‘Aqidah al Washitiyah, Syaikh
Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin).3.http://catatanmuslimmanado.wordpress.com/tag/makna-iman-kepada-allah/4.Abu Al-Hassan Al-Asy’ari.1963.maqalat al-islamiyah wa ikhtilaf
al-mushallin.Wiesbaden Frans Steiner Verlag.cet II.hal 855. Abu Al-Hassan Al-Asy’ari.1963.maqalat al-islamiyah wa ikhtilaf
al-mushallin.Wiesbaden Frans Steiner Verlag.cet II.hal 1106. Muhammad bin Abd Al-Karim Asy-Syarahtani.1987.Al Milal wa An Nihal.Mesir:Mustafa Al-bab Al-Halabi Wa Auladuh.juz
1.hal 134-1357. Abu Al-Hassan Al-Asy’ari.1963.maqalat al-islamiyah wa ikhtilaf
al-mushallin.Wiesbaden Frans Steiner Verlag.cet II.hal 1108. Harun Nasution.1986.Teologi Islam:Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.Jakarta:UI
Pres. Hal 249. Harun Nasution.1986.Teologi Islam:Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.Jakarta:UI
Pres. Hal 26-28
10. Muhammad bin Abd Al-Karim Asy-Syarahtani.1987.Al Milal wa An Nihal.Mesir:Mustafa Al-bab Al-Halabi Wa Auladuh.juz
1.hal 14611.Abu Al-Hassan Al-Asy’ari.1963.maqalat
al-islamiyah wa ikhtilaf al-mushallin.Wiesbaden Frans Steiner Verlag.cet
II.hal 134-140 12.
Muhammad bin Abd Al-Karim Asy-Syarahtani.1987.Al Milal wa An Nihal.Mesir:Mustafa Al-bab Al-Halabi Wa Auladuh.juz
1.hal 101.13.
http://www.ibrahimz.net/sifat-wajib-mustahil-dan-jaiz-bagi-allah.xhtml14. Syaikh Ahmad Marzuki.1258 H.nurudz dzalam.Surabaya:Al-Hidayah hal
7-8http://www.ibrahimz.net/sifat-wajib-mustahil-dan-jaiz-bagi-allah.xhtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar